BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Degradasi moral merupakan menurunnya suatu kualitas
moral perkembangan globalisasi yang tidak seimbang. Virus
globalisasi terus menggerogoti bangsa ini. Sayangnya kita seakan tidak sadar,
namun malah mengikutinya. Kita terus menuntut kemajuan di era global ini tanpa
memandang (lagi) aspek kesantunan budaya negeri ini. Ketidak seimbangan itulah
yang pada akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak.Begitu juga dengan
perilaku penyimpangan yaitu tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai
sosial yang berlaku dalam masyarakat dinamakan perilaku menyimpang.
Penyimpangan terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang tidak mematuhi
norma atau patokan dan nilai yang sudah baku di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
DEGRADASI MORAL DAN PENYIMPANGAN PRILAKU MASYARAKAT
A. DEGRADASI MORAL
Pengertian
Degradasi sering diartikan sebagai penurun suatu
kualitas. Dalam kesempatan ini saya ingin berbagi tentang pengamatan saya
selama ini kepada para kompasianer. Moral remaja dari tahun ketahun terus
mengalami penurunan kualitas atau degradasi. Dalam segala aspek moral, mulai
dari tutur kata, cara berpakaian dll. Degradasi moral ini seakan luput dari
pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.
Faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral remaja
ialah perkembangan globalisasi yang tidak seimbang. Virus globalisasi terus
menggerogoti bangsa ini. Sayangnya kita seakan tidak sadar, namun malah
mengikutinya. Kita terus menuntut kemajuan di era global ini tanpa memandang
(lagi) aspek kesantunan budaya negeri ini. Ketidak seimbangan itulah yang pada
akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak.
Globalisasi yang terus menuntut kita untuk
bermetamorfosa kadang memang membawa banyak dampak baik. Tapi jangan salah,
dampak buruk pun mengikutinya di belakang. Coba sejenak kita amati foto-foto
remaja tempo dulu. Kita nilai mereka dari aspek berpakaian. Sebagian besar
mereka kelebihan bahan (tertutup). Memang ada satu dua yang memilih pakaian
terbuka di era lalu, namun perbandingannya lebih banyak yang mengenakan pakaian
tertutup. Kontras dengan kenyataan di abad 20 ini. Kalau dulu yang berpakaian
memancing kebanyakan para pelaku entertainer, kalau sekarang tak peduli
entertainer atau bukan sama saja.Sebenarnya hati ini semakin miris melihatnya.
Sebagai seorang remaja, saya sendiri berpikir mau jadi apa bangsa ini
kedepannya. Degradasi moral sudah tak dihiraukan lagi. Masih mending jika yang
mengalami degradasi mereka yang sudah dewasa. Sebab setidaknya usia produktif
mereka akan segera habis. Namun bila remaja yang mengalami degradasi? Bagaimana
nanti saat dia dewasa? Takutnya nanti malah semakin menjadi. Terus bagaimana
jalan negeri ini bila dipimpin oleh mereka yang kurang bermoral?? Perlu
diingat, yang menyerang moral remaja bukan hanya dalam cara berpakaian, namun
masih banyak lagi. Tapi, baru kita mengamati cara remaja kini berpenampilan
saja sudah membuat kepala jadi pusing. Belum jika kita melihat tingkah
polahnya. Dunia narkoba, seks bebas, dan lainnya belum kita singkap.
Dunia narkoba dan seks bebas akhir-akhir ini memang
sangat ngetren di kalangan remaja. Ini tandanya ada bukti lagi bahwa moral
remaja masa kini memang sudah menurun. Kebudayaan timurnya sudah termakan oleh
westernisasi jaman. Sangat memprihatinkan.
B. PENYIMPANGAN PRILAKU MASYARAKAT
1. Pengertian
Dalam kenyataan sehari-hari, tidak semua orang bertindak berdasarkan
norma-norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Tindakan yang tidak
sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat dinamakan
perilaku menyimpang. Penyimpangan terjadi apabila seseorang atau sekelompok
orang tidak mematuhi norma atau patokan dan nilai yang sudah baku di
masyarakat. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat
disebut deviasi ( deviation ), sedangkan pelaku atau individu yang
melakukan penyimpangan ini disebut dengan devian ( deviant ).
Berikut ini pengertian perilaku menyimpang menurut pandangan beberapa ahli.
a. James Vander Zenden
Menyebutkan bahwa penyimpangan adalah perilaku yang oleh sejumlah besar
orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
b. Robert M.Z. Lawang
Mengungkapkan penyimpangan adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma
yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
c. Bruce J. Cohen
Mengatakan bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak
berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok
tertentu dalam masyarakat.
d. Paul B. Horton
Mengutarakan bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan
sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
e. Lewis Coser
Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk
menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.
2. Proses Pembentukan Perilaku Menyimpang
a. Faktor Biologis
Cesare Lombrosso, seorang kriminolog dari Italia, dalam bukunya Crime, Its Causes and
Remedies (1918) memberikan gambaran tentang perilaku menyimpang yang
dikaitkan dengan bentuk tubuh seseorang. Dengan tegas, Lombrosso mengatakan
bahwa ditinjau dari segi biologis penjahat itu keadaan fisiknya kurang maju
apabila dibandingkan dengan keadaan fisik orang-orang biasa. Lombrosso
berpendapat bahwa orang yang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan
tulang-tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas, tangan beserta jari-jarinya
dan jari-jari kaki relatif besar, serta susunan gigi yang abnormal.
Sementara itu William Sheldon, seorang kriminolog Inggris dalam
bukunya Varieties of Delinquent Youth (1949) membedakan bentuk tubuh
manusia yang mempunyai kecenderungan melakukan penyimpangan ke dalam tiga
bentuk, yaitu endomorph, mesomorph, dan ectomorph yang
masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu.
1) Endomorph (Bulat dan Serba Lembek)
Orang dengan bentuk tubuh ini menurut kesimpulannya dapat terpengaruh untuk
melakukan perilaku menyimpang, karena sangat mudah tersinggung dan cenderung
suka menyendiri.
2) Mesomorph (Atletis, Berotot Kuat, dan Kekar)
Orang dengan bentuk tubuh seperti ini sering menunjukkan sifat kasar dan
bertekad untuk menuruti hawa nafsu atau keinginannya. Bentuk demikian ini
biasanya identik dengan orang jahat yang paling sering melakukan perilaku
menyimpang.
3) Ectomorph (Kurus Sekali dan Memperlihatkan Kelemahan Daya)
Orang yang seperti ini selalu menunjukkan kepasrahan, akan tetapi apabila
mendapat penghinaan-penghinaan yang luar biasa tekanan jiwanya dapat meledak,
dan barulah akan terjadi perilaku menyimpang darinya.
b. Faktor Psikologis
Banyak ahli sosiologi yang cenderung untuk menerima sebab-sebab psikologis
sebagai penyebab pembentukan perilaku menyimpang. Misalnya hubungan antara
orang tua dan anak yang tidak harmonis. Banyak orang meyakini bahwa hubungan
antara orang tua dan anak merupakan salah satu ciri yang membedakan orang
'baik' dan orang 'tidak baik'. Sikap orang tua yang terlalu keras maupun
terlalu lemah seringkali menjadi penyebab deviasi pada anak-anak.
c. Faktor Sosiologis
Dari sudut pandang sosiologi, telah banyak teori yang dikembangkan untuk
menerangkan faktor penyebab perilaku menyimpang. Misalnya, ada yang menyebutkan
kawasan kumuh ( slum ) di kota besar sebagai tempat persemaian deviasi
dan ada juga yang mengatakan bahwa sosialisasi yang buruk membuat orang
berperilaku menyimpang. Selanjutnya ditemukan hubungan antara 'ekologi' kota
dengan kejahatan, mabuk-mabukan, kenakalan remaja, dan bunuh diri. Untuk lebih
jelasnya, berikut ini akan diuraikan beberapa sebab atau proses terjadinya
perilaku menyimpang ditinjau dari faktor sosiologis.
1) Penyimpangan sebagai Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna
Menurut teori sosialisasi, perilaku manusia, baik yang menyimpang maupun
yang tidak dikendalikan oleh norma dan nilai yang dihayati. Apabila sosialisasi
tidak sempurna akan menghasilkan perilaku yang menyimpang. Sosialisasi yang
tidak sempurna timbul karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari
kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi, sehingga seseorang bertindak
tanpa memperhitungkan risiko yang akan terjadi.
Contohnya anak sulung perempuan, dapat berperilaku seperti laki-laki
sebagai akibat sosialisasi yang tidak sempurna di lingkungan keluarganya. Hal
ini terjadi karena ia harus bertindak sebagai ayah, yang telah meninggal. Di
pihak lain, media massa, terutama sering menyajikan gaya hidup yang tidak
sesuai dengan anjuran-anjuran yang disampaikan dalam keluarga atau sekolah. Di
dalam keluarga telah ditanamkan perilaku pemaaf, tidak balas dendam, mengasihi,
dan lain-lain, tetapi di televisi selalu ditayangkan adegan kekerasan, balas
dendam, fitnah, dan sejenisnya. Nilai-nilai kebaikan yang ditawarkan oleh
keluarga dan sekolah harus berhadapan dengan nilai-nilai lain yang ditawarkan
oleh media massa, khususnya televisi. Proses sosialisasi seakan-akan tidak
sempurna karena adanya saling pertentangan antara agen sosialisasi yang satu
dengan agen yang lain, seperti antara sekolah dan keluarga berhadapan dengan
media massa. Lama kelamaan seseorang akan terpengaruh dengan cara-cara yang
kurang baik, sehingga terjadilah penyimpanganpenyimpangan dalam masyarakat.
2) Penyimpangan sebagai Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan
Menyimpang
Shaw dan Mc. Kay mengatakan bahwa daerah-daerah yang tidak teratur dan
tidak ada organisasi yang baik akan cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di
daerahdaerah yang demikian, perilaku menyimpang (kejahatan) dianggap sebagai
sesuatu yang wajar yang sudah tertanam dalam kepribadian masyarakat itu. Dengan
demikian, proses sosialisasi tersebut merupakan proses pembentukan nilai-nilai
dari subkebudayaan yang menyimpang.
Contohnya di daerah lingkungan perampok terdapat nilai dan norma yang
menyimpang dari kebudayaan setempat. Nilai dan norma sosial itu sudah dihayati
oleh anggota kelompok sebagai proses sosialisasi yang wajar. Perilaku
menyimpang seperti di atas merupakan penyakit mental yang banyak berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat.
Akibat tidak adanya keserasian dan keselarasan, norma norma dalam
masyarakat menjadi lumpuh dan arahnya menjadi samar-samar. Apabila hal itu
berlangsung lama dalam masyarakat, maka besar pengaruhnya terhadap proses
sosialisasi. Anggota masyarakat akan bingung dan sulit memperoleh pedoman.
Akhirnya, mereka memilih cara atau jalan sendiri-sendiri. Jalan yang ditempuh
tidak jarang berupa perilaku-perilaku yang menyimpang.
3) Proses Belajar yang Menyimpang
Mekanisme proses belajar perilaku menyimpang sama halnya dengan proses
belajar terhadap hal-hal lain yang ada di masyarakat. Proses belajar itu
dilakukan terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan menyimpang. Misalnya,
seorang anak yang sering mencuri uang dari tas temannya mula-mula mempelajari
cara mengambil uang tersebut mulai dari cara yang paling sederhana hingga yang
lebih rumit. Cara ini dipelajarinya melalui media maupun secara langsung dari
orang yang berhubungan dengannya. Penjelasan ini menerangkan bahwa untuk
menjadi penjahat kelas 'kakap', seseorang harus mempelajari terlebih dahulu
bagaimana cara yang paling efisien untuk beroperasi.
4) Ikatan Sosial yang Berlainan
Dalam masyarakat, setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa
kelompok yang berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut akan
cenderung membuatnya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang paling
dihargainya. Dalam hubungan ini, individu tersebut akan memperoleh pola-pola
sikap dan perilaku kelompoknya. Apabila pergaulan itu memiliki pola-pola sikap
dan perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan besar ia juga akan menunjukkan
pola-pola perilaku menyimpang. Misalnya seorang anak yang bergaul dengan
kelompok orang yang sering melakukan aksi kebut-kebutan di jalan raya.
Kemungkinan besar dia juga akan melakukan tindakan serupa.
5) Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial
Setiap masyarakat tidak hanya memiliki tujuan-tujuan yang dianjurkan oleh
kebudayaannya, tetapi juga caracara yang diperkenankan oleh kebudayaannya itu
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Apabila seseorang tidak
diberi peluang untuk menggunakan caracara ini dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, maka kemungkinan besar akan terjadi perilaku menyimpang. Misalnya
dalam sebuah perusahaan, pengusaha memberikan upah kepada buruhnya di bawah
standar UMK. Hal itu apabila dibiarkan berlarut-larut, maka ada kemungkinan si
buruh akan melakukan penyimpangan, seperti melakukan demonstrasi atau mogok
kerja.
3. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Di masyarakat kita mengenal bentuk-bentuk penyimpangan yang terdiri atas
penyimpangan individual ( individual deviation ), penyimpangan kelompok
( group deviation ), dan penyimpangan gabungan dari keduanya (
mixture of both deviation ). Terkadang ada pula yang menambahkan dengan
penyimpangan primer ( primary deviation ) dan penyimpangan sekunder (
secondary deviation ).
a. Penyimpangan Individual ( Individual Deviation )
Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan
menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu
biasanya mempunyai kelainan atau mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat
mengendalikan dirinya. Contohnya seorang anak yang ingin menguasai warisan atau
harta peninggalan orang tuanya. Ia mengabaikan saudarasaudaranya yang lain. Ia
menolak norma-norma pembagian warisan menurut adat masyarakat maupun menurut
norma agama. Ia menjual semua peninggalan harta orang tuanya untuk kepentingan
diri sendiri.
Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya
dibedakan atas pembandel, pembangkang, perusuh atau penjahat, dan munafik.
1) Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar
mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2) Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
3) Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku.
Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.
4) Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan
norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di
lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain.
5) Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong,
berkhianat, dan berlagak membela.
b. Penyimpangan Kelompok ( Group Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma
kelompoknya, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku.
Penyimpangan ini terjadi dalam subkebudayaan menyimpang yang umumnya telah
memiliki norma, nilai, sikap, dan tradisi sendiri, sehingga cenderung untuk
menolak norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang lebih luas. Contohnya
kelompok orang yang menyelundupkan serta menyalahgunakan narkotika dan
obat-obatan terlarang lainnya, teroris, kelompok preman, dan separatis. Mereka
memiliki aturan-aturan sendiri yang harus dipatuhi oleh anggotanya.
c. Penyimpangan Campuran ( Mixture of Both Deviation )
Sebagian remaja yang putus sekolah (penyimpangan individual) dan
pengangguran yang frustasi (penyimpangan individual), biasanya merasa tersisih
dari pergaulan dan kehidupan masyarakat. Mereka sering berpikir seperti anak
orang berkecukupan, yang akhirnya menempuh jalan pinta untuk hidup enak. Di
bawah pimpinan seorang tokoh yang terpilih karena kenekatan dan kebrutalannya,
mereka berkelompok dalam 'organisasi rahasia' (penyimpangan kelompok) dengan
memiliki norma yang mereka buat sendiri. Pada dasarnya norma yang mereka buat
bertentangan dengan norma yang berlaku umum di masyarakat.
Penyimpangan seperti itu ada yang dilakukan oleh suatu golongan sosial yang
memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya
taat dan tunduk kepada norma golongan yang secara keseluruhan mengabaikan norma
yang berlaku. Misalnya gank-gank anak nakal. Kelompok semacam itu dapat
berkembang menjadi semacam kelompok mafia dunia kejahatan yang terdiri atas
preman-preman yang sangat meresahkan masyarakat.
d. Penyimpangan Primer ( Primary Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang, di mana hanya bersifat temporer
atau sementara dan tidak berulang-ulang. Individu yang melakukan penyimpangan
ini masih dapat diterima oleh masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh
pola perilaku menyimpang tersebut dan di lain kesempatan tidak akan
melakukannya lagi. Misalnya seorang siswa yang terlambat masuk sekolah karena
ban sepeda motornya bocor, seseorang yang menunda pembayaran pajak karena
alasan keuangan yang tidak mencukupi, atau pengemudi kendaraan bermotor yang
sesekali melanggar rambu-rambu lalu lintas.
e. Penyimpangan Sekunder ( Secondary Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang secara terusmenerus, sehingga
akibatnya pun cukup parah serta mengganggu orang lain. Dalam penyimpangan ini,
seseorang secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang yang secara umum
dikenal sebagai seorang yang menyimpang. Masyarakat tidak dapat menerima dan
tidak menghendaki individu semacam itu hidup bersama dalam masyarakat mereka.
Misalnya seorang siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Contoh
lainnya adalah seseorang yang sering mabuk-mabukan baik di rumah, di pesta,
maupun di tempat umum serta seseorang yang sering melakukan pencurian,
perampokan, dan tindak kriminal lainnya.
4. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
a. Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan
Suatu perbuatan anggota masyarakat dapat dikatakan menyimpang apabila
memang didefinisikan sebagai menyimpang. Perilaku menyimpang bukanlah
semata-mata ciri tindakan yang dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya
peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku
tersebut. Singkatnya, penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus
berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
b. Penyimpangan Bisa Diterima Bisa juga Ditolak
Perilaku menyimpang ada yang positif dan negatif. Positif, apabila
penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti penemuan baru
oleh para ahli itu kadangkadang bertentangan budaya masyarakat. Sedangkan
penyimpangan negatif adalah penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat, seperti
perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu, dan menyebarkan teror dengan
bom atau gas beracun.
c. Penyimpangan Relatif dan Mutlak
Dalam masyarakat, tidak ada seorang pun yang masuk dalam kategori
sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang (orang yang
benar-benar menyimpang). Orang yang termasuk kedua kategori itu justru akan
mengalami kesulitan dalam kehidupannya.
d. Penyimpangan terhadap Budaya Nyata ataukah Budaya Ideal
Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu
kelompok masyarakat. Dalam kenyataan di masyarakat, banyak anggota masyarakat
yang tidak patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut. Jadi antara budaya
nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang
telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan sehari-hari cenderung banyak
dilanggar. Contohnya peraturan mengenai penggunaan helm pada saat mengendarai
sepeda motor. Banyak masyarakat yang melanggar peraturan tersebut, di mana kita
dapat melihat di jalan-jalan banyak orang mengendarai sepeda motor tanpa
memakai helm.
e. Terdapat Norma-Norma Penghindaran dalam Penyimpangan
Norma penghindaran ini muncul apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai
atau norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh
banyak orang. Apakah norma penghindaran itu? Pola perbuatan yang dilakukan
orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata
kelakuan secara terbuka. Jadi, norma-norma penghindaran merupakan suatu bentuk
penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga (
semi-institusionalized ).
f. Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif (Menyesuaikan)
Tidak selamanya penyimpangan sosial menjadi ancaman bagi kehidupan
masyarakat, karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemelihara
stabilitas sosial. Perilaku apa yang kita harapkan dari orang lain, apa yang
orang lain inginkan dari kita, serta wujud masyarakat seperti apa yang pantas
bagi sosialisasi anggotanya. Di lain pihak, perilaku menyimpang merupakan salah
satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Tidak ada
masyarakat yang mampu bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu yang
lama. Masyarakat yang terisolasi sekalipun akan mengalami perubahan. Ledakan
penduduk, perubahan teknologi, serta hilangnya kebudayaan lokal dan tradisional
mengharuskan banyak orang menerapkan norma-norma baru.
5. Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang
Dalam masyarakat kita mengenal dua sifat perilaku menyimpang yaitu perilaku
menyimpang yang bersifat positif dan perilaku menyimpang yang bersifat negatif.
a. Penyimpangan yang Bersifat Positif
Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai
dengan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak
positif terhadap sistem sosial. Atau dengan kata lain, penyimpangan yang
terarah pada nilai-nilai sosial yang ideal (didambakan) walaupun cara atau
tindakan yang dilakukan itu seolah-olah atau tampaknya menyimpang dari norma
yang berlaku, padahal sebenarnya tidak. Seseorang dikatakan menyimpang secara
positif apabila dia berusaha merealisasikan suatu citacita, namun masyarakat
pada umumnya menolak atau tidak dapat menerima caranya. Akibatnya orang
tersebut akan menerima celaan dari masyarakat.
b. Penyimpangan yang Bersifat Negatif
Penyimpangan negatif adalah kecenderungan bertindak ke arah nilai-nilai
sosial yang dipandang rendah dan akibatnya selalu buruk. Jenis tindakan seperti
ini dianggap tercela dalam masyarakat. Si pelaku bahkan bisa dikucilkan dari
masyarakat. Bobot penyimpangan negatif itu diukur menurut kaidah susila dan
adat istiadat, sehingga sanksi yang diberikan kepada pelanggarnya dinilai lebih
berat daripada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Contohnya
pencurian, perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan.
6. Tipe-Tipe Perilaku Menyimpang
Menurut Robert M.Z. Lawang, perilaku menyimpang dapat digolongkan
menjadi empat tipe, yaitu tindakan kriminal atau kejahatan, penyimpangan
seksual, penyimpangan dalam bentuk pemakaian atau konsumsi secara berlebihan,
serta penyimpangan dalam gaya hidup ( lifestyle ).
a. Tindakan Kriminal atau Kejahatan
Tindakan kriminal merupakan suatu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok terhadap nilai dan norma atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku di masyarakat. Kita mengenal dua jenis
kejahatan seperti yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu violent
offenses dan property offenses .
b. Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan
oleh masyarakat. Adapun beberapa jenis perilaku ini di antaranya adalah sebagai
berikut.
1) Perzinaan, yaitu hubungan seksual di luar nikah.
2) Homoseksual, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan sesama jenis. Homoseksual
dibedakan atas lesbian dan homoseks. Lesbian adalah sebutan bagi wanita yang
melakukan hubungan seksual dengan sesama wanita, sedangkan homoseks adalah
sebutan bagi pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria.
3) Kumpul kebo, yaitu hidup bersama seperti suami istri, namun tanpa ada ikatan
pernikahan.
4) Sadomasochist , yaitu pemuasan nafsu seksual dengan
melakukan penyiksaan terhadap pasangannya.
5) Paedophilia , yaitu memuaskan keinginan seksual yang
dilampiaskan kepada anak kecil.
6) Sodomi, yaitu hubungan seksual yang dilakukan melalui anus atau dubur.
7) Gerontophilia , yaitu hubungan seksual yang dilakukan
dengan orang-orang lanjut usia.
BAB III
KESIMPULAN
Degradasi moral sudah tak dihiraukan lagi. Masih mending jika yang
mengalami degradasi mereka yang sudah dewasa. Sebab setidaknya usia produktif
mereka akan segera habis. telah banyak teori yang dikembangkan untuk
menerangkan faktor penyebab perilaku menyimpang. Misalnya, ada yang menyebutkan
kawasan kumuh ( slum ) di kota besar sebagai tempat persemaian deviasi
dan ada juga yang mengatakan bahwa sosialisasi yang buruk membuat orang
berperilaku menyimpang. Selanjutnya ditemukan hubungan antara 'ekologi' kota
dengan kejahatan, mabuk-mabukan, kenakalan remaja, dan bunuh diri. Untuk lebih
jelasnya, berikut ini akan diuraikan beberapa sebab atau proses terjadinya
perilaku menyimpang ditinjau dari faktor sosiologis.
SARAN
Di harapkan kepada seluruh masyarakat agar memahami norma dan nilai sosial
yang berlaku dalam masyarakat agar tidak terjadi hal-hal yang menyimpang dalam
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, N. S., 1983. Degradation
and Stabilisation of Polyolefins. Applied Science Publisher : London
Billmeyer, F. W., 1970. Textbook
Of Polymer Science. Second Edition. John Wiley & Sons, Inc.: USA