Tujuan Pembahasan
Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah bahan diskusi bertujuan untuk menambah wawasan.
Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah bahan diskusi bertujuan untuk menambah wawasan.
Pengertian
dan ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah bahan diskusi bertujuan
untuk menambah wawasan bagi mahasiswa agar sebagai calon tenaga pendidikan
khusus pendidikan agama islam menjadi pendidikan yang sesuai dengan apa yang
kita harapkan yaitu pendidikan yang profesional selesai dengan bidangnya.a
1.3. Batasan
Masalah
Setelah membaca dan memahami isi dari makalah ini diharapkan mengetahui pengertian filsafat dan pengertian pendidikan islam.
Setelah membaca dan memahami isi dari makalah ini diharapkan mengetahui pengertian filsafat dan pengertian pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
A. Pengertian, Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang. hakikat kebenaran sesuatu. Hakikat filsafat selalu menggunakan ratio (pikiran), tetapi tidak semua proses berpikir disebut filsafat. Pemikiran manusia dapat dipelajari dalam 4 (empat) golongan. Yaitu:
A. Pengertian, Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang. hakikat kebenaran sesuatu. Hakikat filsafat selalu menggunakan ratio (pikiran), tetapi tidak semua proses berpikir disebut filsafat. Pemikiran manusia dapat dipelajari dalam 4 (empat) golongan. Yaitu:
- Pemikiran pseudo ilmiah
- Pemikiran awam
- Pemikiran ilmiah
- Pemikiran filosofis
Pemikiran
speudo ilmiah bertumpu pada aspek kepercayaan dan kebudayaan mitos, yang
bekas-bekasnya dapat kita jumpai dalam arologi atau kepercayaan terhadap buku
primbon. Pemikiran awam adalah pemikiran orang-orang dewasa yang menggunakan
akal sehat, karena bagi Orang-orang awam untuk memecahkan kesulitan dalam
kehidupan, cukup menggunakan akal sehat tanpa melakukan penelitian. terlebih
dahulu Selanjutnya, pemikiran ilmiah menggunakan metode atau pikir dalam
paradigma ilmu pengetahuan tertentu, dilengkapi dengan pengguna hipotesis untuk
menguji kebenaran konsep atau pemikiran dalam dunia empiris yang tidak pernah
selesai dalam proses keilmuan Sedangkan pemikiran filosofis adalah kegiatan
berpikir reflektif meliputi kegiatan analisis, pemahaman deskripsi Penilaian,
penafsiran dan perekaan yang bertujuan untuk memperoleh kejelasan
kecerahan, keterangan, pembenaran pengertian, penyatupaduan tentang objek.
Filsafat
merupakan ilmu yang tertua dan menjadi induk ilmu pengetahuan yang lain.
Sebagaimana diungkapkan oleh John S. Brubacher sebagai berikut:
Philosophy
was, as its eymologv from the Greek words Pilos and Sopia, suggest love of
wisdom or learning. More over, it was lo’e of learning in general, it subsumed
under one, heading what to day we call scince ‘as well as what we now call
philospohy It is for the reason that philosophy is often referred to us the
mother as well as. the qreen of the, scince.
Artinya:
Filsafat berasal dan perkataan Yunani yaitu ‘Philos dari Sopia yang berarti rinto kebijaksanaan atau belajar. Lebih dan itu dapat diartikan cinta belajar pada umumnnya termasuk dalam suatu ilmu yang kita sebut sekarang dengan. filsafat. Untuk alasan inilah maka sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan.
Filsafat berasal dan perkataan Yunani yaitu ‘Philos dari Sopia yang berarti rinto kebijaksanaan atau belajar. Lebih dan itu dapat diartikan cinta belajar pada umumnnya termasuk dalam suatu ilmu yang kita sebut sekarang dengan. filsafat. Untuk alasan inilah maka sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan.
Dan bila
diperhatikan maka anti sebenarnya dan filsafat tersebut mengandung cita-cita
yang mulia, yaitu orang yang belajar filsafat berusaha untuk memiliki
mutiara-mutiara kebijaksanaan tersebut sebagai pedoman dan pegangan hidup,
sehingga filsafat mengandung sesuatu yang ideal bagi manusia. Dan filsafat
dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan karena pada mulanya sebagian ‘besar
ilmu yang berkembang dewasa ini berasal dan filsafat. Cabang-cabang ini. tadi
memisahkan diri dan filsafat, karena memiliki objek yang berbeda dan filsafat.
Filsafat menjawab semua persoalan tentang hidup dan kehidupan yang
kesimpulannya bersifat hakiki. Ada filsafat manusia, filsafat ketuhanan,
filsafat ekonomi, filsafat sosial, filsafat pengetahuan, filsafat pendidikan,
dan lain-lain, sehingga nampak filsafat berperan ‘sebagai induk atau rain dan
ilmu pengetahuan.
Kemudian
pengertian filsafat menurut Dr. Sondang P. Siagian, M.PA. adalah cinta
kepada kebijaksanaan. Untuk menjadi bijaksana seseorang harus berusaha
mendalami hakikat sesuatu. Dengan kata lain bahwa berfilsafat berarti berusaha
untuk ‘mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, ‘baik’ mengenai
hakikat adanya sesuatu. fungsinya, ciri-cirinya, kegunaannya,
masalah-masalahnya, dan pemecahannya terhadap masalah-masalah tersebut.
Dan selanjutnya
menurut Prof. Dr. Imam Barnadib, MA. bahwa filsafat berasal dari bahasa
Yunani yang merupakan rangkaian dua pengertian: philos berarti
cinta, dan sophia berarti kebajikan. Yang dimaksud dengan kebajikan di sini
ialah kebajikan manusia. Dan dengan dasar pengetahuan yang filosofis itu
diharapkan orang dapat memberikan pendapat dan keputusan yang serba bijaksana.
Ungkapan yang paling sederhana terhadap kata filsafat seperti yang dikemukakan
oleh Prof. Dr. Hasan Langgulung adalah cinta hikmah (kebijaksanaan).
Dan orang yang cinta hikmah kebijaksanaan selalu mencari dan meluangkan waktu
untuk mencapainya, mempunyai sikap positif terhadapnya dan terhadap hakikat
sesuatu, berusaha menghubungkan sebab-sebab dengan akibatnya, dan juga berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman kemanusiaan. Jadi, bijaksana bukan saja orang
yang paling banyak dan tinggi pengetahuannya, tetapi juga memiliki kemantapan
pandangan dan tinjauan yang jauh kedepan di mana pengetahuan itu sendiri tidak
sanggup mencapainya.
Jadi, dari
uraian tentang pengertian filsafat yang ditinjau dari segi arti bahasanya dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah:
- Pengetahuan tentang kebijaksanaan
- Mencari kebenaran.
- Pengetahuan tentang dasar-dasar atau prinsip-prinsip
Ketiga
pengertian tersebut tidaklah hanya diperlukan oleh seorang flosof umum saja,
tetapi juga diperlukan oleh setiap individu yang baik yang memiliki pemikiran
terutama pendidik dan guru yang harus bersikap bijaksana. Sosok pendidik atau
guru yang sanggup menilai situasi dan kondisi dalam segala segi; memiliki
kesanggupan bertindak dengan baik, mengambil kesimpulan terhadap sesuatu secara
tepat, berusaha menghubungkan sebab akibat, mengkritik dan menganalisis serta
mengembalikan pendapat pada motif-motif yang menyebabkannya, Kemudian mempertahankan
pendapat tadi dengan argumentasi dan penalaran yang tepat.
Dan
jika filsafat ditinjau dari segi istilah menurut para ahli dapat dikemukakan
antara lain :
- Apa yang disebut bijaksana menurut Plato (427 542 SM). Seorang filosot Yunani yang terkenal (murid Socrates dan guru Aristoteles) dalam teori etika kenegaraannya meliputi empat budi, yaitu: penguasaan diri (perwira), keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan. Budi kebijaksanaan dimiliki oleh pemerintah atau filosof. Tugas mereka ialah membuat undang-undang, mengawasi pelaksanaannya, memperdalam filosofi dan ilmu pengetahuan tentang ide kebaikan. Membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya adalah menjadi tugas pemerintahan atau filosof, sekaligus menunjukkan kelebihan mereka sebagai pihak yang mampu menatap dan menapak jauh ke depan dan berbuat serta bertindak dengan penuh perhitungan. Artinya bahwa itu berada dalam dua bidang, yaitu kebijaksanaan berbuat dan berpikir. Kebijaksanaan berbuat adalah tasawwuf dan kebijaksanaan berpikir adalah filsafat. Berpikir dan berbuat dianggap sempurna kebenarannya jika telah terpenuhi adanya keseimbangan antara dasar atau alasan kenyataan dan tujuan, atau mengandung tiga dimensi waktu dengan memperhitungkan masa lalu dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Tanpa memperhatikan dan memperhitungkan dimensi-dimensi waktu maka pikiran dan perbuatan tersebut berjumlah dianggap sebagai sesuatu yang bijaksana dan benar. Salah satu contoh dalam kebijaksanaan perbuatan misalnya yang selalu berhubungan dengan ketiga aspek tadi meliputi sifat-sifat misalnya; jujur contoh keadilan, puas contoh keperwiraan, waspada contoh perpaduan keperwiraan dan kebijaksanaan, sabar contoh keberanian dan keperwiraan. Sifat-sifat utama tersebut menurut Prof. Hamka adalah berhubungan dengan kesucian jiwa sebagaimana yang diuraikan beliau dalam bahasannya tentang kesucian macam-macam kesehatan jiwa meliputi: Sjaja’ah (berani), iffah (perwira), hikmah (bijaksana) dan ‘adalah (keadilan). Apa yang diungkapkan Hamka dalam materi yang terdapat dalam tasawwuf. Dan di sini nampak pula adanya keselarasan antara pendapat Hamka dan Plato dalam bahasan tentang kebijaksanaan atau filsafat.
- Al Kindi (Abu Jusuf Ya’kub bin Isa Al KiƱdi, 796-874 M), sebagai ahli pertama dan filsafat Islam dan yang mengawali pengertian skolasik Islam di irak, memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam dalam tiga lapangan : (1) Ilmu Fisika meliputi tingkatan alam nyata, terdiri dan benda-benda kongkret yang dapat di tangkap pancaindera. (2) Ilmu Matematika, yang berhubungan dengan benda, tetapi mempunyai wujud tersendiri yang dapat dipastikan. Dengan angka-angka (misalnya ilmu hitung teknologi, astronomi, musik). (3) Ilmu Ketuhanan (ilmu rububiyyah) yaitu tidak berhubungan dengan benda sama sekali, yaitu soal ketuhanan.
- Ibnu Sina (Abu Al Hussein Ibnu Sina, 980-1037M) seorang dokter, ahli kimia dan filosof Islam, membagi filsafat dalam dua bagian: teori dan praktek. Keduanya dihubungkan dengan agama. Dasarnya terdapat pada syariat, penjelasan dan kelengkapannya berdasarkan pada akal manusia Tujuan filsafat praktek ialah mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh di setiap orang sehingga ia mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang. disebut ilmu akhlak. Filsafat juga mencakup undang-undang yaitu apa yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang dalam hubungannya dengan rumah tangga dan negara.
- Immanuel Kant (1724 — 1804 M) yang sering dijuluki pakar raksasa di Barat, mengatakan bahwa: Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya 4 persoalan yaitu:
- Apakah yang dapat kita ketahui (dijawab oleh metafisika).
- Apa yang seharusnya kita ketahui dan kerjakan? (di jawab oleh etika).
- Sampai manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama).
- Apakah yang dinamakan manusia (dijawab oleh antropologi).
Dari
beberapa ungkapan para filosof tersebut dapat dirumuskan bahwa filsafat ialah
daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami mendalami dan menyelami
secara radikal dan integral sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengertian tentang bagaimana hakikatnya
yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
Kemudian
untuk memperoleh pengetahuan filsafat dari segi praktisnya dapat diketahui
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para filosof pada masa lalu. Mula-mula
para filosof memperhatikan alam semesta yang luas ini, kemudian memperhatikan
manusia dengan segala problematik dan kehidupannya. Pemikirannya tidak hanya
sebatas itu dan berhenti, tetapi terus menuju pada pemikiran yang ada di balik
alam (menjadi problem realita yang disebut metafisika) dan kemudian
masalah-masalah ketuhanan.
Pemikiran
tentang alam semesta, manusia dan apa yang ada. Dibalik alam, semesta, masalah
ketuhanan dilakukan dengan memenuhi syarat-syarat berpikir dengan insaf, yaitu
berpikir dengan teratur menurut aturan-aturan yang telah dengan pasti
ditentukan. Atau dengan kata lain ; cara kerja filosof berpikir secara
sistematis, universal (menyeluruh) dan radikal, yang mengupas dan menganalisis
sesuatu secara mendalam, sampai pada akar-akar persoalannya sehingga hasil
pemikiran mereka dapat diterapkan dan dibuktikan, kebenarannya pada seluruh
persoalan yang dicakupnya, karena sangat relevan dengan problematik hidup dan
kehidupan manusia. Dan berpikir secara sistematis bagi para filosof adalah
berpikir logis dengan penuh kesadaran, dengan berurutan, saling berhubungan
yang teratur dan bertanggung jawab. Dan berpikir secara universal adalah tidak
berpikir khusus sebagaimana kerja setiap ilmu, tetapi mencakup keseluruhannya.
Sedangkan yang dimaksud berpikir secara radikal berarti bahwa pemikiran
berusaha menyingkap tabir rahasia yang menjadi penyebab utama dan masalah yang
akan diselesaikan. Radikal berasal dan kata radix yang berarti akar, yang
biasanya terletak di bagian terbawah pada pohon yang terpendam di dalam tanah.
Akar merupakan penyebab utama kemungkinan munculnya pertumbuhan tanaman. Jika
akar sudah tidak berfungsi lagi dapat mematikan batang dan daun. Dan apa yang
dapat kita pahami pada peristiwa ini ialah rangkaian sebab akibat. Apabila
orang menelusuri kenyataan tersebut dengan mengungkapkan dasar-dasarnya maka
itulah yang disebut radikal. Dengan jalan penelusuran atau penjajakan yang
radikal itulah filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang
universal.
Pengertian
Pendidikan Islam
- Menurut Drs. Abmad D.
Marimba:
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yakni kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam - Menurut Drs. Burlian Shomad;
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan sisi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan’ itu adalah ajaran Allah. Secara rinci beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu :
1) Tujuan untuk membentuk individu yang bercorok diri, tertinggi menurut ukuran Al-Quran,
2) Isi pendidikannya adalah ajaran Allah yang tercantum dengan Lengkap di .dalam Al-Quran dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. - Menurut Musthfa
Al-Ghulayaini.
Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak pada masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) Jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air. - Menurut Syah Muhammad A.
Naquib Al-Atas
Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat. yang benar dan segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenaan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. - Menurut Prof. Dr. Hasan
Lananggulun.
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi yaitu:
1) Menyiapkan generasi muda untuk :memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.
2) Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dan generasi tua kepada generasi muda.
3) Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity) dan kesatuan (integratio,2) suatu masyarakat maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan menyebabkan kehancuran masyarakat itu sendiri. - Hasil Seminar pendidikan Islam
se Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 Met 1960 di Cipayung Bogor
menyatakan
“Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”
Dan uraian
tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli pendidik islam
berbeda pendapat mengenai rumusan pendidikan Islam. Ada yang menitik beratkan
pada segi pembentukan akhlak anak, adapula yang menuntut pendidikan teori dan
praktek, sebagian lagi menghendaki terwujudnya kepribadian muslim dan
lain-lain. Perbedaan tersebut diakibatkan hal yang pentingnya dan masing-masing
ahli tersebut.
Namun, dari
perbedaan pendapat tersebut terdapat titik persamaan yang secara ringkas dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Pendidikan
Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam
masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian Islam.
Jika
direnungkan. syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya
diajarkan saja, tetapi harus didirikan melalui proses pendidikan. Nabi telah
mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran
Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dan satu segi kita pelihat bahwa
pendidikan Islam lebih: banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental Yang akan
.terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan din sendiri maupun orang
lain. Di segi lainnya pendidikan Islam tidak .hanya bersifat teoretis saja.
tetapi juga praktis. Ajaran islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh.
Oleh
karena itu pendidikan Islam merupakan sekaligus pendidikan amal. Dan karena
ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat
menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama maka orang pertama yang
ber-tugas mendidik masyarakat adalah pada Nabi dan Rasul, selanjutnya para
ulama dan cerdik pandai sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.
Pendidikan
Islam yang berarti proses bimbingan dan pendidik terhadap perkembangan jasmani
rohani dari akal peserta didik ke arab terbentuknya pribadi muslim telah:
berkembang di berbagai daerah. dan sistem nya yang paling sederhana menuju
sistem pendidikan Islam yang medern Perkembangan pendidikan Islam dalam
sejarahnya perkembangan dalam subsistem yang bersifat operasional teknis
terutama tentang metode, alat-alat dan bentuk kelembagaan. Adapun hal yang
bersifat prinsip dasar dan tujuan Pendidikan Islam, tetap dipertahankan sesuai
dengan prinsip ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunah.
Perkembangan
pendidikan Islam dan zaman ke zaman di berbagai daerah memperlihatkan
kecenderungan perkembangan umum (general trend), ada juga perkembangan yang
memperlihatkan keteraturan (regularity ‘trend) dengan fakta-fakta sejarah Pendidikan
Islam baik dalam aspek, sistem dan bentuk-bentuk lembaganya. Namun demikian
terlihat pula kecenderungan tidak teratur (irregularity trend) dengan berbagai
hambatan-hambatannya.
Lahirnya
agama islam yang dibawa Rasulullah SAW. menimbulkan suatu tenaga penggerak yang
luar biasa yang pernah dialami oleh umat manusia, Islam sebagai landasan
spiritual dan sosial memiliki struktur ajaran moral dan program hidup praktis
yang tidak terpisahkan. semua bagian-bagiannya merupakan kesatuan yang terpadu
secara harmonis, sating mengisi dan sating menunjang. Sebagai suatu ajaran,
Islam memberikan jaminan hubungan metafisik antara manusia dengan Tuhan dan
hubungan duniawi antara individu dan Lingkungan masyarakatnya serta lingkungan
alamnya. Tujuan dan segala kegiatan praktis ini haruslah merupakan penciptaan
dan pemeliharaan syarat-syarat perorangan dan sosial yang bermanfaat bagi
perkembangan tingkat moral yang berasaskan nilai-nilai keagamaan atau yang
mempunyai nilai dan sifat ibadah dalam din manusia dengan kesadaran tanggung
jawab moral. Pengetahuan moral sudah tentu secara otomatis mengharuskan tangung
jawab moral atas manusia. Moralita hidup dan mati bagi manusia merupakan
perjuangan untuk menegakkan kejayaan moralita itu sendiri di atas muka bumi.
Dalam sejarah.
Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam
pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Dengan pengalaman-pengalaman yang naik
turun, maju mundur dan berliku-liku. ia telah berhasil memberi dan menerima
pengaruh-pengaruh dan lingkungan yang dijumpainya. Perubahan-perubahan
fundmental telah terjadi berkat pokok-pokok ajaran Islam yang kenyal dan
mengandung falsafah yang menyeluruh dalam kenyal dan mengandung filsafat yang
menyeluruh dalam segi-segi kehidupan umat manusia. Perkembangan masyarakat
Islam mempunyai hubungan timbal balik dengan perkembangan pendidikan Islam.
Keduanya menggunakan landasan spiritual dan sosial yang berasaskan Islam.
Peranan
pendidikan dalam membina umat sangat besar dalam usaha menciptakan kekuatan-kekuatan
yang mendorong ke arah tercapainya tujuan yang dikehendaki Sebagaimana
dimaklumi bahwa
islam
bukanlah hanya sekadar suatu kepercayaan agama yang membawa serta membina
masyarakat yang merdeka, yang memiliki sistem pemerintahan, hukum dan
lembaga-lembaga. Semua ini dasar-dasarnya telah dipancangkan sejak semula oleh
Rasulullah SAW. Yang diikuti terus menerus secara berkesinambungan oleh
generasi-generasi berikutnya.
Pengertian
Filsafat Pendidikan Islam
Sebagaimana
diketahui bahwa manusia adalah sebagai khalifah di alam. Sebagai khalifah,
manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakannya. Dengan demikian,
pendidikan merupakan urusan hidup dan kehidupan manusia. dan merupakan tanggung
jawab manusia sendiri.
Untuk
mendidik diri sendiri, pertama-tama manusia harus memahami dirinya sendiri. Apa
hakikat manusia, bagaimana hakikat hidup dan kehidupannya. Apa tujuan hidupnya
diri apa pula tugas hidupnya. Problema berikutnya bahwa manusia berhadapan
dengan alam dan lingkungannya, dan manusia harus memahaminya. Bagaimana
hubungannya dengan alam dan lingkungan. Manusia hidup dalam masyarakatnya, di
mana ia harus menyesuaikan din di dalamnya. Manusia hidup bersama dengan basil
cipta nusa dan karsanya kebudayaan). Manusia hidup bersama dengan kepercayaan
dan keyakinannya, dengan pengalaman pengetahuan yang diperolehnya dalam proses
hidup. Sementara itu dari masa ke masa, dan generasi ke..generasi nampak bahwa
lingkungannya berubah berkembang, pengetahuan, dan kebudayaannya pun
berkembang, sehingga nilai pula. Dan tanpa. dilihat dengan nyata, kualitas
hidup dan kehidupannya pun berangsur-angsur berubah menuju pada kesempurnaan
(menjadi lebih baik).
Hal tersebut
merupakan problema hidup dan kehidupan manusia. Jadi, merupakan problema
pendidikan. Menurut konsep pendidikan dalam Islam (Tarbiyah Islamiyah)
bahwa pada hakikatnya manusia sebagai khalifah Allah di alam; manusia mempunyai
potensi untuk memahami, menyadari dan kemudian merencanakan pemecahan problema
hidup dan kehidupannya. Manusia bertanggung jawab untuk memecahkan problema
hidup dan kehidupannya sendiri: Dengan kata lain, Islam menghendaki agar
manusia melaksanakan pendidikan din sendiri secara bertanggung jawab agar tetap
berada dalam kehidupan yang Islami, kehidupan yang selamat, sejahtera, sentosa,
yang diridai Tuhan.
Pertanyaan-pertanyaan
tentang berbagai masalah hidup dan kehidupan manusia sebagaimana dikemukakan di
alas memang merupakan tantangan bagi manusia untuk menjawab. Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan hakiki tersebut, akan menjadi dasar bagi pelaksanaan dan
praktek pendidikan Ketetapan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mampu
merumuskan tujuan pendidikan secara tepat, dan hal mi akan mengarahkan
usaha-usaha kependidikan yang tepat pula. Di sinilah letak peranan filsafat
pendidikan.
Perkembangan
filsafat (pemikiran filsafat) dalam dunia Islam. telah menghasilkan berbagai
macam alternatif jawaban terhadap berbagai macam pertanyaan hakiki problema
hidup dan kehidupan manusia tersebut Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
tentang, hubungan manusia dengan Tuhan, tentang key4kinan dan kepercayaan
hidup, telah menimbulkan limit Kalam. Pertanyaan-pertanyaan tentang dekatnya
hubungan manusia dengan Tuhan, tentang kembali kepada Tuhan, menimbulkan ilmu
Tasawwuf ilmu Fiqh, merupakan kodifikasi dan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan tentang apa dan bagaimana nilai-nilai dan norma-norma
kehidupan dan tingkah laku dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
tentang alam semesta dan hubungan manusia dengan alam semesta dan lingkungannya
menghasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan ilmu-ilmu tersebut berhasil
dikembangkan dalam dunia Islam dengan menggunakan metode yang khas Islami,
yaitu metode ijtihad. Ijtihad adalah menggunakan segenap daya akal dan potensi
manusiawi lainnya untuk mencari kebenaran dan mengambil kebijaksanaan dengan
bimbingan Al-Quran dan Surah Nabi SAW.
Musthafa
Abd. Al-Raziq menyatakan
bahwa al-ijitihadu bi al-ra ‘yi huwa bidayatu al-nadhari al-‘aqli, ijtihad
dengan menggunakan daya kemampuan akal merupakan dasar dan terbentuknya pola
pikir rasional.
Metode
ijtihad sebagai metode khas filsafat Islam memang telah mengalami perkembangan
dan para ulama serta filosof Islam menggunakannya secara bervariasi Pada
dasarnya ijtihad bersumber pada Al-Quran sebagai wahyu Allah dan Al-Sunah
sebagai penjelasan dan penjabarannya, tetapi para ulama dan filosof Islam
berbeda-beda dalam cara penggunaannya sebagai sumber pemikiran dan ijtihadnya.
Perbedaan
tersebut pada hakikatnya bersumber dan perbedaan dasar filosofis yang mendasari
nya. Ulama dan filosof dan kalangan mu’tazilah misalnya, berpandangan bahwa
hakikat Al-Quran adalah makhluk, baru, sebagaimana alam lainnya. Alam
berkembang, berubah dan kebenaran-kebenaran yang diperoleh manusia dari alam
pun merupakan kebenaran yang relatif Demikian pula kebenaran dan pengetahuan
yang didapatkan dari Al-Quran pun merupakan kebenaran yang relatif Al-Sunah
sebagai pengabaian dan kebenaran Al-Quran penafsiran) menunjukkan kebenaran dan
kesesuaian dengan zaman nya.
Oleh karena
itu, penafsiran terhadap Al Quran pun dapat berkembang. Sedangkan kalangan Ahlu
al-Sunah pada umumnya berpandangan bahwa hakikat Al-Quran adalah kalamullah
yang qadim (abadi). Dengan demikian, kebenaran-kebenaran yang terdapat di
dalamnya adalah kebenaran yang abadi, kebenaran yang tak tersentuh akal pikiran
manusia yang relatif. Sebagai konsekuensinya, penafsiran Al-Quran dengan
menggunakan akal pikiran merupakan masalah yang tabu dan dilarang.
Ijtihad
hanya diperbolehkan selama tidak menyentuh hal-hal yang sudah tercantum dalam
Al-Quran dan sudah dijelaskan dalam Al-Sunah. Di kalangan ulama dan filosof
dalam hidang faqh pun berbeda-beda sistem ijthadnya, sehingga menghasilkan
kesimpulan hukum yang berbeda-beda pula. Demikian pula di kalangan ahli
tasawwuf, penggunaan sistem ijtihad yang berbeda, menghasilkan terikat yang
berbeda-beda pula.
Dari uraian
di atas tampak jelas bahwa dalam filsafat Islam telah berkembang metode-metode
filosofis dan aliran-aliran filsafat yang beraneka ragam, yang kesemuanya
memberikan arah dan mempengaruhi jalannya pertumbuhan dan perkembangan umat
Islam, baik secara individual maupun. secara ijtima’i (dalam arti umat islam).
Dengan kata
lain, metode dan sistem serta aliran filsafat Islam tersebut mempengaruhi,
bahkan mengarahkan jalannya pendidikan di kalangan umat Islam.
Dengan
demikian, filsafat pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang
pandangan filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap
masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan manusia Muslim dan Umat Islam.
Di samping
itu, filsafat Pendidikan Islam juga merupakan studi tentang penggunaan dan
penerangan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika
pendidikan umat Islam, dan selanjutnya memberikan arab dan tujuan yang jelas
terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.
Jadi,
filsafat pendidikan Islam bersifat tradisional dan kritis. Hal ini sejalan
dengan paham yang dikemukakan oleh Imam Barnadib dalam Filsafat.
pendidikannya, bahwa filsafat pendidikan itu mempunyai dua corak. yaitu
filsafat tradisional dan kritis. filsafat tradisional adalah
filsafat sebagaimana adanya sistematika, serta aliran nya sebagaimana
dijumpai dalam sejarah. Tadi, kalau diajukan pertanyaan-pertanyaan maka jawaban
yang diperlukan ada dan melekat pada masing-masing jenis dan aliran tersebut.
Lain halnya dengan filsafat kritis, pertanyaan-Pertanyaan yang diajukan dapat
disusun dan dilepaskan dan ikatan waktu (hicroris) dan usaha mencari jawaban
yang diperlukan dapat memobilisasikannya sebagai aliran yang ada, dan mencari
dan masing-masing aliran, serta mengambilnya dari jenis masalah yang
bersangkutan)
Dasar dan
Tujuan Filsafat Pendidikan Islam
Dalam
perjalanan hidupnya, umat manusia senantiasa dihadapkan kepada pengalaman-pengalaman
peristiwa alamiah yang ada di sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini
merupakan sejarah hidupnya yang mengesankan dan. kemudian menghidupkan serta
menjadi pengalaman batinnya sebagai alat pendorong untuk mengadakan
perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan kehidupannya Perkembangan
hidupnya ini tidak terlepas dari proses pembentukan pribadi yang diwariskan
berkesinambungan kepada generasi berikutnya. Dengan kelompoknya atau dengan
masyarakatnya, mereka akan saling memberi pengaruh dalam kehidupan bersama
hubungan pengaruh yang terjadi dalam suasana tata kemasyarakatan akan membentuk
suatu corak dan bentuk tertentu dan kebudayaan dan peradaban, yang sejalan
dengan segi pandangan hidup kemanusiaan atau falsafah hidupnya yang menggambarkan
tingkat kehidupan kerohanian yang telah dicapainya.
Proses
perjalanan dan pembinaan serta pertumbuhan kebudayaan dan peradaban suatu
masyarakat tidak selalu menggembirakan, tetapi sering pula terjadi hal-hal yang
menyebabkan hambatan-hambatan atau :sama sekali terhenti dan menyebabkan
kemunduran dibanding dengan apa yang telah dicapai di. masa-masa silamnya.
Sejak
dilahirkan, umat manusia telah diwarisi intuisi beragama dan intuisi serba
ingin tahu. Dalam perkembangannya kedua intuisi ini kadang-kadang menimbulkan
benturan-benturan antara pikiran dan perasaan yang mengakibatkan timbulnya
pertentangan batin. Adapun wujud dan kedua intuisi ini adalah akal dan budi.
Dengan akalnya, orang akan memperoleh ilmu pengetahuan sebagai bahan
pertimbangan secara lahiriah. Dengan budinya orang akan memperoleh dasar
pertimbangan yang mempunyai latar belakang kebaikan dan kebajikan walaupun
kadang-kadang tanpa pengertian.
Penggunaan
akal budi yang serasi akan menghidupkan sikap ajrih dan asih yang timbul dan
dorongan batinnya dengan kesadaran hati nuraninya. ajrih dan asih adalah.
gambaran kehidupan iman, yang menuju ke arah kehidupan yang berdasarkan takwa.
Dan inilah gambaran dan insan kamil. Ia senantiasa berusaha menjaga hubungan
baik antara dia sendiri dengan Allah dan antara sesamanya dengan alam
sekitarnya.
Petunjuk
dari Allah SWT melalui Al Quran bahwa Pencipta segala sesuatu itu adalah Allah
sendiri tanpa bantuan dari selain-Nya. Manusia diciptakan dan segumpal darah
melalui proses pertumbuhan menurut hukum yang telah ditetapkan Allah. Allah
menyatakan diri-Nya bahwa Dialah Yang Maha Pemurah, sehingga bukan untuk
ditakuti apalagi dijauhi. Akan tetapi harus (didekati dan diikuti segala
kehendaknya, demi kepentingan dan kebaikan umat manusia sendiri. Dialah Maha
pendidik Yang Bijaksana mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan diri dengan
menulis dan membaca.
Petunjuk ini
berarti bahwa manusia harus bisa membaca dalam arti yang sesungguhnya dan dalam
arti majazi (kiasan). Arti sesungguhnya adalah membaca apa yang ditulis, berupa
huruf Arti majazi adalah membaca diri sendiri dan alam sekitarnya serta latar
belakang dari keduanya itu (metafisika). Jadi, yang dikehendaki Allah ialah
agar manusia mampu membaca apa yang tersurat dan apa yang tersirat, hingga
benar-benar mengenal dirinya dan bertindak sesuai dengan pengenalannya itu.
Sebuah
pepatah mengatakan:
Mengenal
diri sendiri bukanlah suatu hal yang mudah, pada ilmumnya manusia baru dalam
taraf mengetahui akan dirinya, masih dalam taraf pertama. Taraf selanjutnya
adalah mengerti dan memahami kemudian mengenal dan menghayati. Setelah itu,
meningkat pada taraf mencintai yang akan mendorongnya untuk melakukan
suatu tindakan yang baik dan terpuji bagi dirinya.
Firman Allah
tersebut mengandung makna yang sangat luas dan mendalam. Untuk keperluan
pembahasan ini, kita fokuskan pada permasalahannya, yakni masalah filsafat
pendidikan. Maka kita akan memperoleh kesimpulan bahwa firman tersebut
merupakan pernyataan dan Allah SWT. bahwa kodrat alam manusia secara pribadi
adalah:
- Makhluk yang mampu bertindak serta diperlakukan secara individual,
- Makhluk yang mampu hidup bersama, yakni makhluk sosial,
- Makhluk yang mampu menerima pendidikan, atau makhluk yang bisa dididik,
- Makhluk pendukung dan pembina kebudayaan dan peradaban,
- Makhluk beragama, pendukung moral dan etika.
Filsafat
pendidikan yang terkandung dalam ayat tersebut mengakui adanya peranan manusia
dalam alam semesta Karena itu, dengan akalnya manusia telah diberi
kesanggupan untuk memikirkan segala sesuatu kepentingan hidup dan kehidupannya,
termasuk masalah yang merupakan investasi bagi perkembangan hidup dan
kehidupannya.
Dalam
Al-Quran, Allah sering menberikan anjuran-anjuran yang keras agar manusia
menggunakan akalnya secara efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Jadi, selain kita diharuskan mengikuti petunjuk dari perintah Allah, juga
diwajibkan mematuhi petunjuk dan perintah dengan mencontoh Rasulullah SAW.
Sejalan dengan
dasar pikiran di atas, Rasulullah telah memberikan petunjuknya, Sabda Rasul
memberikan tekanan bahwa pendidikan itu pertama-tama dilaksanakan di lingkungan
rumah tangga. Ibu dan bapaknyalah yang menjadi guru pertama bagi anak-anaknya.
Kedua orang tuanya itulah yang akan menentukan basil dan pendidikan
anak-anaknya, dan mereka bertanggung jawab atas hasil usaha mendidik anaknya
itu kepada Allah SWT, dan akan merasakan hasil lebih payahnya itu.
Petunjuk
tersebut mengandung makna kandungan filsafat yang luas, yang harus dipikirkan
dan dikembangkan hingga memperoleh jawaban mengenai hakikat kebenaran dan
pendidikan dan dapat dilaksanakan dengan baik dan praktis. Jelasnya, Al-Quran
dan Sunah adalah dasar dan landasan bagi filsafat pendidikan Islam, menjadi standar
kebenaran bagi basil pemikiran filosofis manusia untuk diamalkan dalam
kehidupan. Dasar-dasar tersebut tidak akan menyimpang atau menyalahi UUD 1945
dan falsafah Pancasila, bahkan menunjang dan memberikan isinya. Usaha pengisian
ini adalah kebutuhan utama bagi kepentingan umat Islam Indonesia. Jaminan
hukum, untuk ini telah baik dalam UUD 1945 maupun dalam falsafah Pancasila.
B.
Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Secara umum
pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya
sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian,
bagaimanapun sederhana nya peradaban masyarakat, di dalamnya terjadi atau
berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itu, sering dinyatakan bahwa
pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Di dalam
buku Modern Philosophies of Education (Fourth Edition), S. Brubacher
mengemukakan bahwa:
Education
should be thought of the process of man’s rcciprocal adjustmeit to nature, to
his fellows, and to the ultimate nature of the cosmos. Education is the
organized development and social uses, directed ‘toward the union’ of these
activities with their Creator as their final end. Education is the process in
which these powers (abilities, capacities) of men which’ are susceptible to
habituation are perfected by good habits: by means artistically contrived, and
employed bay a man to help another or him self achieve the end in view (I.e.
good habits).
Artinya;
Pendidikan sebagai proses timbal balik dan tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan sesama, dan dengan alam semesta. Pendidikan juga merupakan perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dan semua potensi-potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani (fisik), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir). Pendidikan adalah proses, di mana potensi-potensi (kemampuan, kapasitas) manusia Yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik. oleh alat/ media yang disusun Sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pendidikan sebagai proses timbal balik dan tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan sesama, dan dengan alam semesta. Pendidikan juga merupakan perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dan semua potensi-potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani (fisik), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir). Pendidikan adalah proses, di mana potensi-potensi (kemampuan, kapasitas) manusia Yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik. oleh alat/ media yang disusun Sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalain hal
ini, tim Dosen FIP IKIP Malang menyimpulkan pengertian pendidikan
adalah:
- Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, rohani (pikiran, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani) dengan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).
- Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi sistem, dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi : keluarga, sekolah, dan masyarakat (negara).
- Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.
Dari rumusan
ini masih banyak terlihat keumuman pengertian pendidikan. Pembentukan pribadi
misalnya belum memberi gambaran tentang konsep kepribadian model yang mana.
Demikian juga perkembangan manusia yang dikehendaki keterpaduan nya dengan
kemajuan masyarakat dan hasil budaya, belum menunjukkan adanya kualifikasi
tertentu.
Sebagaimana
telah dibahas di bagian pertama buku ini, Islam memandang pendidikan sebagai
pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang, dan karena islam
menetapkan bahwa pendidikan merupakan hidup yang wajib hukumnya bagi pria dan
wanita (faridatun alaa kuli muslumi wamuslimatin). Tiada batasan untuk
memperolehnya (sampai pun ke negeri cina), dan berlangsung seumur hidup
semenjak buaian hingga ajal datang.
Kedudukan
itu secara tidak langsung telah menetapkan pendidikan sebagai bagian yang tak
terpisahkan dengan hidup dan kehidupan umat manusia. John dewey
mengemukakan bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup (a
necessity of life), salah satu fungsi sosial (a social function)
sebagai bimbingan (as direction), sebagai sarana pertumbuhan (as
growth), yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup
transmisi baik dalam bentuk informasi, formal maupun non formal.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Di dalam zaman globalisasi ini teknologi begitu maka marilah kita mengamalkan bersama-sama tujuan pendidikan islam baik lewat pendidikan formal maupun non formal
Di dalam zaman globalisasi ini teknologi begitu maka marilah kita mengamalkan bersama-sama tujuan pendidikan islam baik lewat pendidikan formal maupun non formal
3.2.
Saran
Pendidikan adalah salah satu tujuan pokok manusia karena itu sebagai calon pendidik marilah kita mengamalkan tujuan pendidikan islam secara ikhlas baik lewat pendidikan formal.
Pendidikan adalah salah satu tujuan pokok manusia karena itu sebagai calon pendidik marilah kita mengamalkan tujuan pendidikan islam secara ikhlas baik lewat pendidikan formal.
DAFTAR
PUSTAKA
Al- Maududi,
Abdul A’la. Islmaic Way Of Life, (Terjemahan). Islam Sebagai Pandangan
Hidup. Sinar Baru, Bandung, 1983.
Ahmad, Sa’ad
Mursa. Dr, Tathawwaur Al-fikry al-Tarbawy, Matabi’ Sabjal
Al-Arabi, Kairo, 1975.
Al-abrasy,
Mohammad Athiyyah. Dr, At-Tarbiyah Al-Islamiyah (Terjemah Prof. H. Bustami A.
Gani dan Djohar Bachry. Lis Dasar-Dasar pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang,
Jakarta 1974
Tidak ada komentar:
Posting Komentar