Kamis, 22 November 2012

KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL



A.    Pengantar Konseling psikologi individual

Model konseling psikologi individual dipelopori oleh Alfred Addler. Model konseling psikologi individual didasarkan atas pandangan holistic mengenai pribadi manusia. Kata individual berarti bahwa manusia dipandang sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena itu manusia juga tidak terpisah menjadi bagian-bagian, maka kepribadian itu dipandang sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan.
Salah satu implikasi dari pandangan tersebut adalah bahwa klien seyogyanya dipandang sebagai suatu bagian terpadu dalam system social. Psokologi individual tertumpu pada keyakinan pokok bahwa kebahagiaan dan keberhasilan seseorang pada umumnya berkaitan dengan keterikatan social. Alder berpendapat bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang kuat untuk merasa bersatu dengan orang lain.
Manusia memiliki kebutuhan yang kuat untuk menempati dan menemukan tempat yang berarti dalam masyarakat. Tiadanya perasaan untuk mendapatkan tempat dan diterima oleh orang lain merupakan salah satu musibah yang paling hebat terhadap perasaan manusia (Rochman Natawidjaja; 1987). Manusia itu tidak hanya membutuhkan orang lain, manusia juga mempunyai perasaan untuk diterima oleh orang lain.

B.     Dasar-dasar kepribadian
Menurut Gerald Corey (1988), Alder memandang kepribadian manusia sebagai berikut:
a.       Motivasi bertanggung jawab secara social
Alder melihat bahwa individu termotivasi dalam hidupnya adalah untuk mewujudkan tanggung jawab social. Individu bertingkahlaku karena dia melihat bahwa dirinya merasa perlu untuk berbuat bagi kebaikan sosialnya. Menurut Adler (dalam Rochman Natawidjaja, 1987), perjuangan yang paling penting dari manusia adalah perjuangan untuk mencapai keberartian yang merupakan gerakan ke arah pemenuhan tujuanuntuk mencapai keberartian yang merupakan gerakan kearah pemenuhan tujuan untuk mencapai identitas yang unik dan untuk memiliki sesuatu.
Motivasi bertanggung jawab secara sosial biasa juga disebut dengan dorongan kemasyarakatan. Menurt Agus Suyanto (1980), dorongan ini akan tampak dalam bentuk keinginan bekerjasama, berkelompok, berhubungan social, hubungan antar pribadi, atau masuk kedalam suatu organisasi, dan sebagainya.

b.      Motivasi untuk mencapai sesuatu
Individu dalam bertingkahlaku selalu mengarah pada usaha pencapai sesuatu. Sesuatu itu dapat dalam bentuk materi maupun yang sifatnya non materi. Orang bekerja ingin mendapatkan upah dalam bentuk uang, atau juga kepuasan atau penghargaan dalam bentuk lainnya.
Pandangan Sigmun Freud yang beranggapan bahwa tingkahlaku seseorang itu ditentukan oleh kebutuhan dari dalam, sedangkan menurut Adler yang terpenting adalah interaksinya dengan lingkungannya. Kepribadian individu ditentukan oleh tiga hal, yaitu pembawaan, lingkungan dan interaksi antara pembawaan dan lingkungan. Artinya individu yang bersangkutan secara langsung berinteraksi.

C.    Perkembangan kepribadian
Pada periode umur empat sampai lima tahun merupakan saat yang menjadi dasar yang sangat menentukan perkembangan kepribadian seseorang. Adler meyakini bahwa setiap orang dilahirkan dengan dilengkapi “feeling of inferiority” (rasa rendah diri), namun dibalik itu ada dorongan untuk menjadi superiority (rasa diri lebih).
Dengan adanya feeling of inferiority, timbul keinginan untuk menjadi superiority. Dengan demikian orang yang menyadari dirinya memiliki kekurangan apabila dibandingkan dengan orang lain akan berusaha untuk lebih maju. Menurut Rochman Natawidjaja (1987), perasaan rendah diri itu dapat merupakan sumber kreativitas; tujuan hidup adalah kesempurnaan dan bukan kesenangan.
Perjuangan mencapai superiority itu mendorong usaha-usaha dalam diri individu. Gerald Corey (1988), menguraikan bahwa orang mencoba mengatasi inferioritas dasarnya dengan kekuasaan. Dengan berusaha untuk mencapai superioritas, ia ingin mengubah kelemahan dengan kekuatan atau mencoba mencapai keunggulan pada suatu bidangsebagai kompensasi dari kekurangannya dibidang-bidang lain.


D.    Perkembangan kepribadian salah suai
Pada dasarnya keabnormalan kepribadian seseorang disebabkan oleh inferiority feeling. Inferiority feeling yang tidak ditanggulangi dengan baik atau dibesar-besarkan serta berlangsung secara tidak wajar akan dapat menimbulkan bibit ketidak normalan, apalagi dibarengi dengan: (1) kecacatan fisik maupun mental, (2) perlakuan orang tua yang tidak wajar, dan (3) apabila anak diterlantarkan.
Susunan dalam keluarga dapat memperkuat perasaan rendah diri pada anak. Anak sulung yang diberi perhatian yang banyak sampai anak ke dua lahir memiliki kemungkinan menjadi diterlantarkan sehingga dia bisa mengembangkan kebencian pada orang lain dan merasa diri tidak aman. Anak bungsu cenderung menjadi manja dan takut bersaing dengan kakaknya. Sedangkan anak tunggal dimanjakan oleh orang tuanya dan memiliki kemungkinan menghabiskan sisa hidupnya dengan usaha memperoleh kembali kedudukan yang menyenangkan.

E.     Tujuan konseling

1.      mengubah konsep tentang diri klien sendiri. Individu yang mengalami masalah sebetulnya disebabkan oleh karena konsep diri yang dimilikinya bersifat negative, dalam arti dia sering melihat dirinya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2.      melalui perubahan konsep diri sendiri, diharapkan akan dapat berubah pula fisiknya.
3.      dari perubahan fisiknya diharapkan akan berubah pula gaya hidup dan akhir dapat diubah tingkah lakunya.

F.     Proses konseling
Untuk menganalisis tingkah laku klien, konselor hendaklah memperhatikan kaitan antara tingkah laku tersebut dengan aspek lainnya dari diri individu. Sejumlah aspek yang perlu dipahami oleh konselor, direkomendasika oleh Hansen (1977) sebagai berikut:
1.      tingkah laku holistic (yaitu tingkah laku yang ada sangkut pautnya atau tidak berdiri sendiri), hanya dapat dimengerti dalam kesatuannya.
2.      pentingnya suatu tingkah laku itu tergantung pada hubungan dengan akibat yang ditimbulkannya. Dalam proses konseling, tidak semua tingkah laku ditelusuri, namun konselor hanya mengungkap bagian penting saja dari tingkah laku, khususnya yang menjadi penyebab timbulnya salah suai tersebut.
3.      sebagai makhluk sosial, tingkah laku individu itu hanya bisa dimengerti dalam kaitan dengan hal-hal yang bersifat social
4.      motifasi individu hanya dapat dimengerti dengan baik apabila dipandang dari bagaimana individu mencari pengakuan dari orang lain akan tingkah laku yang ditampilkannya.
5.      tingkah laku individu selalu diarahkan pada tujuan tertentu.
6.      rasa memiliki dan dimiliki adalah sesuatu yang mendasar bagi keberadaan manusia. Dengan demikian tingkah laku individu sering ditentukan oleh rasa ini.
Penyelenggaraan konseling model psikologi individual ini, para konselor perlu memperhatikan aspek hubungan antara konselor dank lien. Hubungan baik keduanya akan banyak mendukung bagi pencapaian keberhasilan konseling. Untuk itu beberapa hal yang dapat dipedomani oleh konselor menurut Hansen (1977) adalah:
1.      harus berwujud hubungan social yang akrab antara konselor dank lien, dan jangan sampai terjadi kesalah pahaman atau pertengkaran.
2.      konselor hendaklah mendengan dan memahami dengan lembut apa-apa yang disampaikan klien.
3.      proses konseling hendaklah melalui tahap-tahap berikut:
a.       konselor mencoba berusaha untuk mengerti tujuan-tujuan hidup dan gaya hidup klien.
b.      Kemudian konselor berusaha menganalisis dan menafsirkan tingkah laku klien.
c.       Menganalisis permasalahan itu dalam kaitannya dengan minat social klien.

G.    Teknik konseling
    1. menganalisis gaya hidup klien. Kegiatan yang termasuk dalam hal ini adalah:
a.       konselor harus sampai pada kenyataan tentang factor-faktor yang meyakinkan akan mempengaruhi kepribadian klien sampai dia mengalami masalah hingga saat konseling berlangsung.
b.      Pemahaman yang sebenarnya tentang pola-pola tingkah lakunya selama ini secara nyata, untuk menemukan kesenjangan.
c.       Konselor harus sampai dapat membandingkan konstelasi (keadaan) keluarga dimana klien hidup dengan yang seharusnya, sebab semua itu akan mempengaruhitingkah laku klien.
d.      Konselor harus bisa menyampaikan penafsirannya kepada klien, tentang hubungan apa yang diperolehnya dari butir a, b, dan c tersebut.
    1.  menginterpretasikan ingatan-ingatan masa lampau yang lebih ada kaitannya dengan kondisi sekarang, yaitu keadaan pada waktu berumur dibawah 10 tahun. Keadaan masa lampau itu diperkirakan akan berpengaruh pada masa sekarang, khususnya pembentukan kepribadian yang abnormal.
    2. dengan penafsiran tersebut diharapkan persepsi klien berubah, dan pada akhirnya dia dapat mengubah tingkah lakunya, sehingga sesuai dengan keadaan sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar