Kamis, 22 November 2012

KONSELING BEHAVIORISTIK (KONBE)


A.    Pengantar Konseling Behavioristik
Bihavioristik merupakan aliran psikologi yang didirikan oleh Jhon B. Watson pada tahun 1913.  Aliran Behavioristik juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filosuf dan ilmuwan sebelum Watson, dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan-gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistis dan matrealistis, suatu pendekatan yang menjadi cirri utama dari behavioristik,
Penekanan Watson atas pegkondisian dalam kerangka kerja behavioristik telah mendorong lahirnya sejumlah gagasan dan studi ilmiah mengenai proses belajar atau pembelajaran (learning). Pembelajaran ini menjadi titik perhatian utama para behavioris haingga saat ini.
Model Konseling Behavioristik dikembangkan berdasarkan penelitian eksperimen mengenai teori belajar. Sejalan dengan pendekatan yang digunakan dalam teori behavioral, konseling, behavioral menaruh perhatian pada upaya perubahan perilaku. Sebagai sebuah pendekatan yang relative baru, perkembangannya sejak tahun 1960-an. Konseling behavioral telah member implikasi yang amat besar dan spesifik pada teknik dan strategi konseling dan dapat diintegrasikan kedalam pendekatan lain.

B.     Pandangan Tentang Manusia
1.      Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh factor-faktor dari luar
2.      Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hokum-hukum belajar :
a.       Pembiasaan Klasik (PK)
b.      Pembiasaan Operan (PO)
c.       Peniruan (PI)

3.      Tingkah laku tertentu terkait dengan kepuasan atau ketidakpuasan yang diperolehnya.
4.      Dengan demikian individu melalui pengalaman mengembangkannya kepada pola-pola tingkah laku tertentu.

C.    Konsep Tentang Tingkah Laku Manusia
1.      Asumsi Dasar
Terdapat 3 Asumsi yang mendasar teori Skiner mengenai tingkah laku, dimana
 a. Asumsi pertama, adalah bahwa tingkah laku itu ditentukan oleh aturan-aturan hokum, yang artinya adalah upaya urutan terjadinya tingkah laku dalam kaitannya dengan suatu kejadian.
b. Asumsi kedua tingkah laku dapat diramalkan
c. Asumsi ketiga tingkah laku dapat dikontrol/dikendalikan dalam arti individu dapat mengantisipasi atau mengetahui terlebih dahulu keluasan aktifitas atau perilakunya.
2.      Tipe-tipe Tingkah Laku
Skiner membedakan 2 ipe tingkah laku, Yakni Operan Dan Responden.
Tingkah laku operan adalah organism berbuat dalam ketiadaan rangsangan.
Tingkah laku responden adalah bahwa organisme melakukan respon yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu merespon yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului respon.

D.    Teori Kepribadian
1.      Teori Belajar Klasik
Perilaku manusia merupakan fungsi dari stimulus. Eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap anjing telah menunjukkan bahwa perilaku belajar terjadi karena adanya asosiasi antara perilaku dengan lingkungannya. Belajar dengan asosiasi ini biasanya disebut classical conditioning.
2.      Teori Belajar Perilaku Operan
Belajar perilaku operan dikemukakan oleh Skinner. Dia lebih menekankan pada peran lingkungan dalam bentuk konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti dari suatu perilaku.

3.      Teori Belajar Dengan Mencontoh
Teori ini dikemukakan oleh Bandura. Menurut Bandura perilaku dapat terbentuk melalui observasi model secara langsung yang disebut dengan imitasi dan melalui pengamatan tidak langsung yang disebut dengan vicarious conditioning.
Perilaku manusia dapat terjadi dengan mencontoh langsung (modeling) maupun mencontoh tidak langsung (vicarious) dapat menjadi kuat kalau mendapatkan ganjaran.

E.     Perkembangan Kepribadian Salah Suai
Perilaku yang bermasalah dalam pandangan Behavioris dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku yang salah suai terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Artinya bahwa perilaku individu itu meskipun secara social adalah tidak tepat, dalam beberapa saat memperoleh ganjaran dari pihak tertentu.
Perilaku yang salah suai dalam penyesuaian dengan demikian berbeda dengan perilaku normal. Perbedaan ini tidak terletak pada cara mempelajarinya, tetapi pada tingkatannya yaitu tidak wajar dipandang. Perilaku yang perlu dipertahankan atau dibentuk pada individu adalah perilaku yang bukan sekedar memperoleh kepuasan pada jangka pendek, tetapi perilaku yang tidak menghadapi kesulitan-kesulitan yang lebih luas, dan dalam jangka yang lebih panjang.

F.      Tujuan Konseling
1.      Tujuan Konseling harus dinyatakan dalam bentuk dan istilah-istilah khusus, melalui:
a.       Definisi masalah
b.      Sejarah perkembangan klien, untuk mengungkapkan :
·         Kesuksesan/kegagalan
·         Kekuatan-kelemahan
·         Pola hubungan interpersonal
·         Tingkah laku penyesuaian
·         Area masalah

c.       Merumuskan tujuan-tujuan khusus
d.      Menentukan metode untuk mencapai perubahan tingkah laku.
2.      Konselor dank lien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.
Krumboltz (Pietrofesa dkk, 1978) Menegaskan 3 kriteria tujuan konseling, yaitu:
1.      Tujuan konseling harus dibuat secara berbeda untuk setiap klien
2.      Tujuan konseling untuk setiap klien akan dapat dipadukan dengan nilai-nilai konselor, meskipun tidak perlu identik
3.      Tujuan konseling disusun secara bertingkat, yang dirumuskan dengan perilaku yang dapat diamati dan dicapai klien.

G.    Teknik-Teknik Konseling
a.      Teknik KOnseling behavioral didasarkan pada : penghapusan respon yang telah dipelajari ( yang membentuk pola tingkah laku ) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru akan dapat dibentuk.
b.      Teknik umum :
-          Shaping
-          Extinction
-          Reinforcing uncompatible behaviors
-          Imitative Learning
-          Contracting
-          Cognitive learning
-          Covert reinforcement
c.       Teknik Khusus
-          Latihan Keliguan
-          Latihan respon-respon seksual
-          Latihan penenangan
-          desensitisasi

KONSELING GESTALT
(KONGES)
A.    Pengantar Konseling Gestalt
Konseling Gestalt diciptakan dan dikembangkan oleh Frederick S. Peris. Konseling Gestalt mengemukakan teori mengenai struktur dan perkembangan kepribadian yang mendasari proses konselingnya, serta serangkaian eksperimen yang dapat dipergunakan langsung oleh para penggunanya. Mengenai klien yang menjadi sasarannya, dapat disimpulkan bahwa klien terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa, murid sekolah pegawai dan lain sebagainya.

B.      Konsep- Konsep Dasar
1.    Suatu dorongan pokok yang menyebabkan manusia seperti ini adalah dorongan untuk beraktualisasi diri atau dorongan untuk mewujudkan diri.
2.    Perkembangan Kepribadian merupakan hasil perjuangan individu untuk menyeimbangkan keinginan-keinginan yang ada pada dirinya yang seringkali berada dalam konflik.
3.    Keberadaan individu yang normal yaitu kalau ada keseimbangan antara self dan self-image dan melihat keharusan dari lingkungan, serta tuntutan lingkungan, dengan demikian, sebaliknya individu yang salah suai adalah individu yang tidak seimbang antara self dan self-imagenya

C.    Teori Kepribadian
1.      Kekuatan yang memotivasi perkembangan kepribadian :
a.       Dorongan utama individu adalah untuk mencapai :
-          Self actualization
-          Self regulation
b.      Hal tersebut dapat dicapai 3 tahap :
-          Social
-          Psychophysical
-          Spiritual
c.       Melalui 3 proses, yaitu proses tiga A:
-          Adaptation
-          Acknowledgment
-          Approbation

2.      Kepribadian adalah produk dari interaksi antara individu dengan lingkungan yang dipersepsinya.
3.      Kepribadian terdiri dari tiga entitas : self, self-image, dan being.

D.    Tingkah Laku Salah Suai
1.      Kekurangan kesadaran
2.      Kurangnya tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan.
3.      Tidak ada kontak dengan lingkungan
4.      Ketidakmampuan menyelesaikan gestal
5.       Menolak kebutuhan-kebutuhan diri sendiri yang sebenarnya penting bagi dirinya
6.      Orang yang mengadakan dikotominasi, meletakkan diri sendiri pada posisi dua kutub yang berlawanan.

E.     Tujuan Konseling
1.      Membangun integrasi kepribadian
2.      Mengentaskan individu dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri
3.      Integrasi tidak pernah sempurna, kematangan tidak pernah penuh.
4.      Meningkatkan kesadaran individual.

F.      Peranan Konselor  dan Proses Konseling
·         Peran Konselor
1.      Membangun suasana yang memungkinkan klien menemukan kebutuhan-kebutuhannya sendiri
2.      Mengungkapkan bagian-bagian diri klien yang tunduk dan menyerah terhadap tuntutan lingkungan
3.      Memberikan kesempatan kepada klien untuk berpengalaman bahwa dirinya berkembang.
·         Proses Konseling
Proses Konseling bersifat aktif, konfrontatif

G.    Teknik Konseling
a.       Teknik Umum :
-          Proses Pengawalan
-          Orientasi sekarang dan disini
b.      Memfrustasikan klien
c.       Teknik eksperiensial.



1 komentar:

  1. BOLEH MINTA DAFTAR PUSTAKANYA DI AMBIL DARI MANA SAJA ? TRIMS

    BalasHapus