A.
Pengantar
Konseling Behavioristik
Bihavioristik
merupakan aliran psikologi yang didirikan oleh Jhon B. Watson pada tahun
1913. Aliran Behavioristik juga
merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar
sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filosuf dan ilmuwan sebelum Watson, dalam
satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan-gagasan mengenai pendekatan
objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistis dan
matrealistis, suatu pendekatan yang menjadi cirri utama dari behavioristik,
Penekanan
Watson atas pegkondisian dalam kerangka kerja behavioristik telah mendorong
lahirnya sejumlah gagasan dan studi ilmiah mengenai proses belajar atau
pembelajaran (learning). Pembelajaran ini menjadi titik perhatian utama para
behavioris haingga saat ini.
Model
Konseling Behavioristik dikembangkan berdasarkan penelitian eksperimen mengenai
teori belajar. Sejalan dengan pendekatan yang digunakan dalam teori behavioral,
konseling, behavioral menaruh perhatian pada upaya perubahan perilaku. Sebagai
sebuah pendekatan yang relative baru, perkembangannya sejak tahun 1960-an.
Konseling behavioral telah member implikasi yang amat besar dan spesifik pada
teknik dan strategi konseling dan dapat diintegrasikan kedalam pendekatan lain.
B.
Pandangan
Tentang Manusia
1. Manusia
adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh factor-faktor dari
luar
2. Tingkah
laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui
hokum-hukum belajar :
a. Pembiasaan
Klasik (PK)
b. Pembiasaan
Operan (PO)
c. Peniruan
(PI)
3. Tingkah
laku tertentu terkait dengan kepuasan atau ketidakpuasan yang diperolehnya.
4. Dengan
demikian individu melalui pengalaman mengembangkannya kepada pola-pola tingkah
laku tertentu.
C.
Konsep
Tentang Tingkah Laku Manusia
1. Asumsi
Dasar
Terdapat 3
Asumsi yang mendasar teori Skiner mengenai tingkah laku, dimana
a. Asumsi pertama, adalah bahwa tingkah laku
itu ditentukan oleh aturan-aturan hokum, yang artinya adalah upaya urutan
terjadinya tingkah laku dalam kaitannya dengan suatu kejadian.
b. Asumsi kedua
tingkah laku dapat diramalkan
c. Asumsi ketiga
tingkah laku dapat dikontrol/dikendalikan dalam arti individu dapat
mengantisipasi atau mengetahui terlebih dahulu keluasan aktifitas atau
perilakunya.
2. Tipe-tipe
Tingkah Laku
Skiner
membedakan 2 ipe tingkah laku, Yakni Operan Dan Responden.
Tingkah
laku operan adalah organism berbuat dalam ketiadaan rangsangan.
Tingkah laku
responden adalah bahwa organisme melakukan respon yang spesifik yang ditimbulkan
oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu merespon yang spesifik yang
ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului
respon.
D.
Teori
Kepribadian
1. Teori
Belajar Klasik
Perilaku
manusia merupakan fungsi dari stimulus. Eksperimen yang dilakukan Pavlov
terhadap anjing telah menunjukkan bahwa perilaku belajar terjadi karena adanya
asosiasi antara perilaku dengan lingkungannya. Belajar dengan asosiasi ini
biasanya disebut classical conditioning.
2. Teori
Belajar Perilaku Operan
Belajar
perilaku operan dikemukakan oleh Skinner. Dia lebih menekankan pada peran
lingkungan dalam bentuk konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti dari suatu
perilaku.
3. Teori
Belajar Dengan Mencontoh
Teori
ini dikemukakan oleh Bandura. Menurut Bandura perilaku dapat terbentuk melalui
observasi model secara langsung yang disebut dengan imitasi dan melalui
pengamatan tidak langsung yang disebut dengan vicarious conditioning.
Perilaku
manusia dapat terjadi dengan mencontoh langsung (modeling) maupun mencontoh tidak
langsung (vicarious) dapat menjadi kuat kalau mendapatkan ganjaran.
E.
Perkembangan
Kepribadian Salah Suai
Perilaku yang bermasalah dalam pandangan
Behavioris dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative
atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Perilaku yang salah suai terbentuk melalui proses interaksi dengan
lingkungannya. Artinya bahwa perilaku individu itu meskipun secara social
adalah tidak tepat, dalam beberapa saat memperoleh ganjaran dari pihak
tertentu.
Perilaku yang salah suai dalam
penyesuaian dengan demikian berbeda dengan perilaku normal. Perbedaan ini tidak
terletak pada cara mempelajarinya, tetapi pada tingkatannya yaitu tidak wajar
dipandang. Perilaku yang perlu dipertahankan atau dibentuk pada individu adalah
perilaku yang bukan sekedar memperoleh kepuasan pada jangka pendek, tetapi
perilaku yang tidak menghadapi kesulitan-kesulitan yang lebih luas, dan dalam
jangka yang lebih panjang.
F. Tujuan Konseling
1. Tujuan
Konseling harus dinyatakan dalam bentuk dan istilah-istilah khusus, melalui:
a. Definisi
masalah
b. Sejarah
perkembangan klien, untuk mengungkapkan :
·
Kesuksesan/kegagalan
·
Kekuatan-kelemahan
·
Pola hubungan
interpersonal
·
Tingkah laku
penyesuaian
·
Area masalah
c. Merumuskan
tujuan-tujuan khusus
d. Menentukan
metode untuk mencapai perubahan tingkah laku.
2. Konselor
dank lien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan
khusus konseling.
Krumboltz
(Pietrofesa dkk, 1978) Menegaskan 3 kriteria
tujuan konseling, yaitu:
1.
Tujuan konseling harus
dibuat secara berbeda untuk setiap klien
2.
Tujuan konseling untuk
setiap klien akan dapat dipadukan dengan nilai-nilai konselor, meskipun tidak
perlu identik
3.
Tujuan konseling
disusun secara bertingkat, yang dirumuskan dengan perilaku yang dapat diamati
dan dicapai klien.
G.
Teknik-Teknik
Konseling
a.
Teknik KOnseling
behavioral didasarkan pada : penghapusan respon yang telah dipelajari ( yang
membentuk pola tingkah laku ) terhadap perangsang, dengan demikian
respon-respon yang baru akan dapat dibentuk.
b.
Teknik umum :
-
Shaping
-
Extinction
-
Reinforcing
uncompatible behaviors
-
Imitative Learning
-
Contracting
-
Cognitive learning
-
Covert reinforcement
c.
Teknik
Khusus
-
Latihan Keliguan
-
Latihan respon-respon
seksual
-
Latihan penenangan
-
desensitisasi
KONSELING GESTALT
(KONGES)
A.
Pengantar
Konseling Gestalt
Konseling
Gestalt diciptakan dan dikembangkan oleh Frederick S. Peris. Konseling Gestalt
mengemukakan teori mengenai struktur dan perkembangan kepribadian yang
mendasari proses konselingnya, serta serangkaian eksperimen yang dapat
dipergunakan langsung oleh para penggunanya. Mengenai klien yang menjadi
sasarannya, dapat disimpulkan bahwa klien terdiri dari anak-anak, remaja,
dewasa, murid sekolah pegawai dan lain sebagainya.
B.
Konsep- Konsep Dasar
1. Suatu
dorongan pokok yang menyebabkan manusia seperti ini adalah dorongan untuk
beraktualisasi diri atau dorongan untuk mewujudkan diri.
2. Perkembangan
Kepribadian merupakan hasil perjuangan individu untuk menyeimbangkan
keinginan-keinginan yang ada pada dirinya yang seringkali berada dalam konflik.
3. Keberadaan
individu yang normal yaitu kalau ada keseimbangan antara self dan self-image
dan melihat keharusan dari lingkungan, serta tuntutan lingkungan, dengan
demikian, sebaliknya individu yang salah suai adalah individu yang tidak
seimbang antara self dan self-imagenya
C.
Teori
Kepribadian
1. Kekuatan
yang memotivasi perkembangan kepribadian :
a. Dorongan
utama individu adalah untuk mencapai :
-
Self actualization
-
Self regulation
b. Hal
tersebut dapat dicapai 3 tahap :
-
Social
-
Psychophysical
-
Spiritual
c. Melalui
3 proses, yaitu proses tiga A:
-
Adaptation
-
Acknowledgment
-
Approbation
2. Kepribadian
adalah produk dari interaksi antara individu dengan lingkungan yang
dipersepsinya.
3. Kepribadian
terdiri dari tiga entitas : self, self-image, dan being.
D.
Tingkah
Laku Salah Suai
1. Kekurangan
kesadaran
2. Kurangnya
tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan.
3. Tidak
ada kontak dengan lingkungan
4. Ketidakmampuan
menyelesaikan gestal
5. Menolak kebutuhan-kebutuhan diri sendiri yang
sebenarnya penting bagi dirinya
6. Orang
yang mengadakan dikotominasi, meletakkan diri sendiri pada posisi dua kutub
yang berlawanan.
E.
Tujuan
Konseling
1. Membangun
integrasi kepribadian
2. Mengentaskan
individu dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke
mengatur diri sendiri
3. Integrasi
tidak pernah sempurna, kematangan tidak pernah penuh.
4. Meningkatkan
kesadaran individual.
F.
Peranan
Konselor dan Proses Konseling
·
Peran
Konselor
1.
Membangun suasana yang
memungkinkan klien menemukan kebutuhan-kebutuhannya sendiri
2.
Mengungkapkan
bagian-bagian diri klien yang tunduk dan menyerah terhadap tuntutan lingkungan
3.
Memberikan kesempatan
kepada klien untuk berpengalaman bahwa dirinya berkembang.
·
Proses
Konseling
Proses Konseling
bersifat aktif, konfrontatif
G.
Teknik
Konseling
a. Teknik
Umum :
-
Proses Pengawalan
-
Orientasi sekarang dan
disini
b. Memfrustasikan
klien
c. Teknik
eksperiensial.
BOLEH MINTA DAFTAR PUSTAKANYA DI AMBIL DARI MANA SAJA ? TRIMS
BalasHapus