BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh
Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari
Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl
Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri Klebsiella
pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya,
Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella
pneumonia adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella
pneumonia tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil).
Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumonia merupakan bakteri
fakultatif anaerob.
B.
Manfaat
Dengan berbagai referensi yang dibutuhkan semoga
pembaca dapat mengambil manfaat dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi
Klebsiella
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Orde : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Klebsiella
Species : K. pneumonia
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Klebsiella
Species : K. pneumonia
Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh
Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari
Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl
Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri Klebsiella
pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya,
Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella
pneumonia adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella
pneumonia tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil).
Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumonia merupakan bakteri
fakultatif anaerob.
Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat
menginfeksi tempat lain di samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan
suatu bakteri yang menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan atas
(hidung) yang kronis dan endemik di
berbagai negara, termasuk Indonesia. Bakteri ini diberi nama berdasarkan
penemunya, yaitu Edwin Klebs, seorang ahli mikrobiologi Jerman di abad ke-19. Bakteri genus Klebsiella
termasuk ke dalam suku Klebsiellae, anggota famili Enterobacteriaceae.
Klebsiella pneumonia/Fridlander bacillus ditemukan
di dalam hidung, flora normal usus dan akan patogen bila menderita penyakit
lain (penyakit paru-paru yang kronis).
1. Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena : mukosa
hidung menjadi atrpopis progresif dan berlendir serta berbau amis
2.
Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit rhinocleloma yaitu
penyakit menahun berupa granula dengan tanda-tanda sclerosis dan hipertropi
jaringan dan menyebabkan kerusakan hidung dan farings.
3.
Klebsiella aerogenes/Aerobacter aerogenes
Kuman ini mempunyai sifat sama dengan E. coli,
terdapat di air, tanah, sampah dan lain sebagainya.
Dibedakan pada tes IMVic
E. coli :
++--
Klebsiella aerogenes : --++
Masuk dalam tubuh per oral, infeksi pada saluran
urine biasanya setelah kateterisasi, maka perlu tes resistensi dahulu : Pada
pasien usia Lanjut atau pasien dengan respon imun rendah, pneumonia tidak khas,
yaitu berupa gejala non pernafasan seperti pusing, perburukan dan penyakit yang
sudah ada sebelumnya dan pingsan. Biasanya frekuensi napas bertambah cepat dan
jarang ditemukan demam.
Klebsiella pneumonia dapat memfermentasikan
laktosa. Pada test dengan indol, lebsiella pneumonia akan menunjukkan hasil
negatif. Klebsiella pneumonia dapat mereduksi nitrat. Klebsiella pneumonia
banyak ditemukan di mulut, kulit, dan sal usus, namun habitat alami dari
Klebsiella pneumonia adalah di tanah.
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella pneumonia dapat berupa
pneumonia komuniti atau community acquired pnuemonia. Pneumonia komuniti atau
community acquired pnuemonia adalah pneumonia yang di dapatkan dari masyarakat.
Strain baru dari Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia nosomikal
atau hospitality acquired pneumonia, yang berarti penyakit peumonia tersebut di
dapatkan saat pasien berada di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
Klebsiella pneumonia umumnya menyerang orang dengan
kekebalan tubuh lemah, seperti alkoholis, orang dengan penyakit diabetes dan
orang dengan penyakit kronik paru-paru.
B. Morfologi dan sifat – sifat
1.
Bentuk batang, Gram negatif
2.
Ukuran 0,5 – 1,5 x 1 – 2 µ
3.
Mempunyai selubung yang lebarnya 2
– 3 x ukuran kuman
4.
Tidak berspora, tidak berflagela
5.
Menguraikan laktosa
6.
Membentuk kapsul baik invivo atau invitro, sehingga
koloni berlendir (mukoid)
7.
Kapsul terdiri dari antigen K dan antigen M dapat
menutupi antigen O, berdasarkan antigen ini ditemukan 70 tipe dan penentuan
dengan
C. Identifikasi
1.
Melihat selaput, maka diambil bahan pemeriksaan
dari manusia, binatang dan perbenihan.
2.
Selaput ini terlihat seperti lendir, maka koloni –
koloni terlihat basah dan berlendir.
3.
Pneumococcus karena ada atau tidak mempunyai
selubung/kapsul
D. Patogenesitas
1.
Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan
organisme terhadap fagositosis dan pembunuhan oleh serum normal.
2.
Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur
yang tidak berkapsul (pada hewan coba)
3.
Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan
pada infeksi oportunistik
4.
Galur klebsiella pneumonia ada yang memproduksi
enterotoksin (pernah diisolasi dari penderita tropical sprue) toksin ini mirip
dengan ST (tahan panas) dan LT (heat-labile enterotoksin) dari E.coli,kemampuan memproduksi
toksin ini diperantarai oleh plasmid
E. Epidemologi dan Jenis-jenis Klebsiella
Bakteri Klebsiella terdapat di mana-mana. Koloninya
bisa ditemukan di kulit, kerongkongan, ataupun saluran pencernaan. Bahkan,
bakteri ini juga bisa ada pada luka steril dan air kencing (urin). Sebenarnya,
bakteri golongan ini mungkin saja ada sebagai flora alami ‘penghuni” usus besar
dan kecil. Adapun pergerakan bakteri ini ke organ lain dikaitkan dengan
lemahnya daya tahan penderita.
Klebsiella pneumonia merupakan jenis bakteri
golongan Klebsiellae yang banyak menginfeksi manusia. Ia adalah kuman oportunis
yang ditemukan pada lapisan mukosa mamalia, terutama paru-paru. Penyebarannya
sangat cepat, terutama diantara orang-orang yang sedang terinfeksi
bakteri-bakteri ini. Gejalanya berupa pendarahan dan penebalan lapisan mukosa
organ. Bakteri ini juga merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit
bronchitis.
Klebsiella rhinoscleromatis dan KlebsieIla ozena
adalah dua bakteri Klebsiella penyebab penyakit langka. Rhinoschleroma sendiri
adalah penyakit peradangan serius yang terjadi pada rongga hidung. Sedangkan,
ozaena adalah sejenis penyakit rhinitis atrofi.
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit
karena mempunyai dua tipe antigen pada permukaan selnya:
1. Antigen O
Antigen O adalah lipopolisakarida yang terdapat
dalam sembilan varietas.
2.
Antigen K
Antigen K adalah polisakarida yang dikelilingi oleh kapsula dengan lebih
dari 80 varietas.
Kedua antigen ini meningkatkan patogenitas
Klebsiella pneumonia.
Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal dan menjadi sulit dilumpuhkan.
Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal dan menjadi sulit dilumpuhkan.
Cara penularan ( infeksi ) dari Klebsiella
pneumonia pada pasien rawat inap dapat melalui 3 cara, yaitu :
1. Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang
mengandung koloni kuman patogen.
2.
Penyebaran kuman secara hematogen ke paru
3.
Penyebaran melalui udara oleh aerosol atau droplet yang mengandung
mikroba.
F. Daerah penyebaran
Jika bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella
oxytoca beserta penyakitnya tersebar luas di seluruh penjuru dunia, lain
halnya dengan Klebsiella rhinoscleromatis. Bakteri penyebab penyakit
rhinoschleroma ini tidak ada di Amerika
Serikat. Ia
hanya ada di Eropa timur, Asia selatan, Afrika tengah, dan Amerika latin. Hal
ini terjadi karena bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella
oxytoca banyak terdapat di negara-negara miskin yang mempunyai lingkungan
jelek.
G. Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella
Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri golongan Klebsiellae
adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan jenis spesies Klebsiella-nya
masing-masing punya ciri khas.
Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan
penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan
paru-paru menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis);
penebalan dinding mukosa; dan dahak berdarah. Sedangkan, Klebsiella rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae yang menyebabkan rinoschleroma dan ozaena
memberikan gejala pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan hidung,
benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung), sakit kepala, serta ingus hijau
dan berbau.
Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella
pneumonia adalah napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara
mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per
menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali
permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun.
Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran
bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam
(severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun.
Pada kelompok usia ini dikenal juga Pneumonia sangat berat, dengan gejala
batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat
minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan
frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai)
penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam, batuk-batuk, perubahan
karakteristik dahak, suhu tubuh lebih dari 38 º C. Gejala yang lain, yaitu
apabila pada pemeriksaan fisik ditemukan suara napas bronkhial, bronkhi dan
leukosit lebih dari 10.000 atau kurang dari 4500/uL.
Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan respon
imun rendah, gejala pneumonia tidak khas, yaitu berupa gejala non pernafasan
seperti pusing, perburukan dari penyakit yang sudah ada sebelumnya dan pingsan.
Biasanya frekuensi napas bertambah cepat dan jarang ditemukan demam. Beberapa
jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik, khususnya
antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin,
amoxicilline, dll. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia
memiliki sensitivitas 98,4% terhadap meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5%
terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap siprofloksasin, dan 2% terhadap
ampisilin. Strain baru dari Klebsiella pneumoniakebal terhadap berbagai jenis
antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat
yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.
H. Patologi rhinoskleroma
Rinoskleroma terbagi menjadi tiga stadium, yaitu stadium I, II, dan III. Pada stadium
I, gejala-gelaja yang dirasakan penderita tidak khas, seperti rinitis biasa.
Dimulai dengan keluarnya cairan hidung encer, sakit kepala, sumbatan hidung
yang berkepanjangan, kemudian diikuti dengan pengeluaran cairan mukopurulen
berbau busuk yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman.
Stadium
II ditandai dengan hilangnya gejala rinitis. Pada stadium ini terjadi
pertumbuhan yang disebut nodular submucous infiltration di mukosa hidung yang
tampak sebagai bintil
di permukaan hidung. Lama-lama, bintil ini bergabung menjadi satu massa bintil
yang sangat besar, mudah berdarah, kemerahan, tertutup mukosa dengan
konsistensi padat seperti tulang rawan. Kemudian membesar ke arah posterior
(belakang) maupun ke depan (anterior). Sedangkan pada stadium III, massa secara
perlahan-lahan membentuk struktur jaringan lunak. Jaringan ini bisa
menyempitkan jalan napas. Proses yang sama seperti di hidung dapat juga terjadi
pada mulut, tenggorokan, dan
paru-paru.
I. Pengobatan
Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati
dengan antibiotik, khususnya antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin,
carbenicillin, amoxiciline, dll. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap meropenem, 98,2%
terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap siprofloksasin,
dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dan Klebsiella pneumonia kebal terhadap
berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk
menemukan obat yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh
bakteri tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat
menginfeksi tempat lain di samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan
suatu bakteri yang menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan atas
(hidung) yang kronis dan endemik di berbagai
negara, termasuk Indonesia. Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit
karena mempunyai dua tipe antigen pada permukaan selnya :
1. Antigen
2.
Antegen K
B.
Saran
Semoga
dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui bahaya dari Klebsiella dan
dapat mengobati atau minimalkan terjadinya penyakit yang ditimbulkan oleh
Klebsiella sedini mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar